Halo Semua! Di 'Baca-baca' kamu bisa baca-baca semua karangan originil milik saya sepuasnya yang kamu mau! Gratis, gak pakai bayar! Cuma, please don't be a SILENT READER ya ^^

Selasa, 22 Maret 2011

SOMETHING WRONG

SOMETHING WRONG








Dua puluh delapan. Angka merah itu tertera pada kertas ulangan bahasa Inggrisku. Aku takut menunjukkannya pada Ibu. Ibu pasti marah besar.

“Mana hasil ulanganmu?” tanya Ibu.
Aku menundukkan kepala tak berani menatapnya.
“Ibu sudah mendaftarkanmu ke tempat kursus bahasa Inggris.”
“HAH? Tapi Bu, kursus kan mahal.” Kataku dengan wajah memelas.
“Ibu mendaftarkanmu ke tempat yang murah. Kamu tinggal belajar saja, tidak usah menghiraukan masalah uang. Kalau nilaimu biasa di atas delapan puluh, kamu boleh berhenti kursus.”
Aku hanya pasrah menuruti Ibu. Tak ada seorang pun yang mapu melawannya.

HARI I

Hari ini hari pertamaku kursus. Tempatnya kelihatan kumuh dari luar, namun di dalam cukup bagus. Aku mendapat jadwal belajar pukul 20.15 sampai pukul 21.50. Sepertinya itu jam belajar terakhir di sini. Seorang guru wanita membawaku ke sebuah kelas. Kelas itu terletak di lantai empat, lanati teratas. Suasananya cukup nyaman, kelas itu terang dan memiliki AC.
“Kamu boleh duduk di mana saja.” Kata guru itu.
Aku mengambil tempat di samping jendela, di paling belakang kelas. Kelas pun dimulai. Aku melihat sekeliling, kelasku terdiri dari empat orang murid. Aku salah satunya, kemudian seorang pria berkacamata yang tampak seperti kutu buku, lalu seorang perempuan dengan muka kusut dan berambut kusam, dan terakhir, seorang pria laki-laki yang duduk di depanku, tampangnya lumayan. Guru itu mulai menerangkan sesuatu. Aku pun mencoba mendengarkan dengan serius. Namun tiba-tiba terdengar suara tawa anak perempuan yang cukup keras. Aku melihat ke luar kelas, tak ada seorang pun. Aku yakin suara itu bukan berasal dari kelasku. Kenapa mereka diam saja? Apa mereka tidak mendengarnya? Suara itu datang lagi. Tawanya semakin mencekik. Sekelompok anak berlari di koridor. Aku merasa sedikit lega. Ternyata hanya suara anak-anak. Tapi kenapa kelasku ini tidak merasa aneh sedikitpun? Mereka terlalu serius belajar!

HARI II

Hari kedua berlalu seperti biasa. Guru kembali melanjutkan pelajaran kemarin. Aku tidak bisa berkonsentrasi. Sedari tadi aku merasakan angin semilir menggelitik leherku. Tidak ada seorangpun di belakangku, yang ada hanya dinding. Aku menoleh dan memperhatikan dinding itu. Ada sebuah lubang kecil. Mungkinkah angin itu berasal dari sana?

HARI III

Tidak ada yang aneh hari ini. Tidak ada tawa maupun angin semilir. Lonceng berbunyi dan kami pun keluar dari kelas. Suasana sudah sepi. Ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah kelas di pojok yang masih diterangi lampu. Aku mengintip kelas itu melalui jendela. Kelas itu kosong. Aku mengamati lagi. Oh. Rupanya di pojok kelas ada dua orang anak perempuan.
BRAK!
Aku terjatuh. Seorang anak perempuan tiba-tiba muncul dari balik jendela.

HARI IV

Pria yang duduk di depanku itu tampak pucat. Apa dia sakit? Tiba-tiba lampu redup. Lalu mati! Gelap gulita. Aku tak dapat melihat apa-apa.
“Tunggu sebentar, aku akan pergi memeriksa ke bawah.” Kata guruku lalu terdengar suara pintu ditutup.
Aku menghidupkan HP dan mencoba menerangi ruangan.
SPLASH!
Aku melihat ke jendela. Cairan apa itu? Cairan gelap itu memenuhi kaca jendela. Aku mencoba meneranginya dan kulihat, darah?? Aku terperanjat. Lampu kembali hidup dan saat aku menoleh, kaca jendela itu bersih. Apa hanya perasaanku saja?

HARI V

Pria yang duduk di depanku tidak datang. Semakin aku mengikuti pelajaran ini, semakin aku mengantuk. Bosan rasanya. Aku merebahkan kepalaku ke meja, dengan arah melihat ke jendela. Teringat darah semalam, aku bangun lagi. Lho? Bukankah pria itu tidak datang? Kenapa ada yang duduk di depanku? Aku menoleh pada dua orang yang lain. Saat berbalik, pria di depanku hilang. Ada yang aneh dengan kelas ini.
Aku pulang ke rumah. Aku menceritakan semua kejadian aneh itu pada Ibu. Apa tanggapan Ibu? IA tak percaya.
“Tapi Bu..”
“Ibu sudah bilang, setelah nilaimu di atas delapan puluh, kamu baru boleh berhenti kursus. Tak ada pengecualian.”

HARI VI

Guruku terlambat datang. Aku masih merasakan keanehan. Tapi kenapa mereka tidak?
“Maaf.” Kataku.
Tiga orang teman kelasku sama-sama menoleh.
“Apa kalian tidak merasa ada yang aneh?”
Dua orang itu hanya diam, sedangkan pria di depanku hanya tersenyum. Tepat seperti dugaanku. Senyumnya manis. Lalu aku merasakan seseorang sedang menatapku. Aku melihat ke jendela. Seorang pria tua memelototiku. Siapa itu? Aku memalingkan wajah, tak berani menatapnya.
“Maaf saya terlambat.” Kata guruku yang memasuki ruangan.
Aku kembali melihat ke jendela. Hilang. Pria tua itu hilang.

HARI VII

Hari ini hari ke tujuh. Satu minggu sudah aku menjalani kursus dan semua keanehan itu.
Pria yang duduk di depanku menoleh.
“Kamu merasakan keanehan?” tanya pria itu.
“Ya. Apa kamu juga?” tanyaku penasaran.
“Tentu.” Dia tersenyum lalu menoleh lagi.


Lonceng berbunyi. Aku menuruni tangga. Tampak dua orang guru sedang berbincang.
“Aku tidak percaya ini terjadi padanya.”
“Ya. Pantas dia tidak hadir minggu-minggu ini.”
“Dia sudah tua. Sudah terlalu sulit untuk bekerja.”
Siapa maksud guru-guru itu?
Di dinding dekat meja administrasi, tertempel secarik kertas. Pengumuman dukacita? Tidak. Wajah pria dalam foto itu sama persis dengan wajah yang melihatku dari balik jendela semalam.
“kamu kenal? Tentu tidak ya. Bapak ini biasanya bertugas mengurusi kebersihan di lanati empat. Tapi di hari pertama kamu masuk, dia sudah tidak masuk kerja. Kabarnya dia meninggal kemarin pagi.” Kata guruku.
Tidak mungkin, aku melihatnya kemarin malam!
“Aku membutuhkan berkas-berkas kelasmu.” Kata seorang pria pada guruku.
“Sebentar, satu.. dua.. “ guruku menjejerkan file-file muridnya. Yaitu aku, pria kutu buku, si cewek kusut. Hanya itu? Mana pria yang duduk di depanku?
“Tiga orang saja?” tanya pria itu lagi.
“Betul.”
Tunggu. Kalau kelasku hanya ada tiga orang, lalu siapa dia? Kenapa dia tidak ada adalam file-file itu? Aku bahkan bicara dengannya tadi!









-THE END-





Jujur, gw nulis ini pas di kelas, duduk di kursi paling belakang,
dalam waktu sekitar 3 les pelajaran, selesailah cerita horor pertamaku. he he :D
Ga ngeri sih sebenarnya menurut gw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar