Halo Semua! Di 'Baca-baca' kamu bisa baca-baca semua karangan originil milik saya sepuasnya yang kamu mau! Gratis, gak pakai bayar! Cuma, please don't be a SILENT READER ya ^^

Minggu, 27 Maret 2011

SOUL (Fanfic-oneshot)

SOUL


Cast : Jiyeon (T-ara), Yoo Seung Ho
Cast from author : Han Kyeong
Genre : Horror, Romance
Author : Vinny
NB : CERITA INI SEMATA-MATA HANYA KARANGAN PENGARANG, TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN APAPUN DENGAN TOKOH YANG BERSANGKUTAN, DAN DENGAN CERITA APAPUN. NO BASHING






Seseorang menatapku. Aku bisa merasakan itu. Tatapannya begitu kuat. Tapi.. Siapa yang menatapku? Aku hanya sendiri di sini. Kelas sudah kosong sejak 30 menit yang lalu. Tinggal aku di sini untuk mengisi buku piket.
Buru-buru kubersekan barangku dan segera meninggalkan kelas.
“Seonsaengnim. Aku sudah selesai.”
“O. Gomabseumnida.”
“Saya permisi dulu.” Pamitku pada wali kelasku.

Aku melewati koridor yang telah sepi, lalu.. perasaan itu muncul lagi. Aku merasakan seseorang menatapku lagi! Kuberanikan diri untuk menoleh ke belakang, namun tak ada siapa-siapa.
“Kyaaa!” teriakku kaget saat seseorang berdiri di depanku.
“Ya! Wae?? Kenapa berteriak seperti itu?” tanya orang yang berdiri di depanku.
“Hais.. Seung Ho! Kamu emang kayak hantu! Kenapa tiba-tiba muncul begitu?”
“Habisnya.. kamu ditungguin lama banget. Aku pikir ketiduran di kelas.” Ejek Seung Ho sambil tertawa usil.
“Kamu sendiri tidak bilang mau menunggu.” Kataku pura-pura kesal, lalu berjalan duluan.
“Ya! Ya! Jiyeon a.. jangan ngambek dong.” Seung Ho berusaha mengikuti langkahku. Lalu tangannya menggengam tanganku, “Gajja.”
Wajahku jadi memerah karena perlakuannya itu.
“Ya! Kenapa wajahmu kayak tomat begitu?” tanya Seung Ho usil.
“Aniya!” aku mencoba menutupi wajahku.
“Kamu jadi malu karena aku memegang tanganmu?” lanjutnya lalu tertawa dan berlari pergi.
“Ya! Tunggu aku!” seruku sambil mengejarnya.



#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#


Lagi-lagi aku merasakan seseorang menatapku. Aku mencoba membuka mataku. Lalu menoleh ke belakang. Tapi tak ada siapapun. Kulihat jam yang tergantung di dinding. Jam menunjukkan pukul 03.30, masih terlalu cepat untuk bangun.  Aku membuka hpku dan kulihat ada sebuah pesan baru. Ternyata dari Seung Ho.

Pabo. Ketiduran lagi kan?
Good Night!
Love U (^_^)

Benar juga, tadi aku tertidur saat sedang berbalas pesan dengannya. Bodoh sekali aku.
BIP
“Ya! Wae? Apa baterenya habis?” hpku mendadak mati.
Karena layarnya menjadi gelap, layar hpku memantulkan dinding di belakangku. Lalu kulihat.. sesosok orang!
Cepat-cepat aku beranjak dari tempat tidur. Tapi sosok itu telah hilang. Apa mungkin hanya perasaanku? Aku mulai merinding. Ada yang aneh. Sejak di sekolah tadi. Ada sesuatu yang aneh!
Aku segera menutupi diri dengan selimut tebalku itu. Mencoba tidur dan berharap pagi segera datang.


#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#

“Jiyeon a!” Seung Ho menepuk bahuku.
“Wae?”
“Wajahmu kenapa lesu begitu? Apa kamu tidak tidur semalam?” tanya Seung Ho terlihat khawatir.
“Jam 3 subuh aku terbangun. Ada kejadian mengerikan..”
Lalu aku menceritakan kejadian itu padanya..
“Mungkin hanya perasaanmu saja.” Seung Ho mencoba menenangkanku.
“Tapi sosok itu begitu jelas! Aku juga merasakan ia menatapiku terus.”
“Kalau begitu hari ini cepatlah pulang dan istirahat yang cukup.”
“Tapi hari ini aku masih ada giliran piket.”
“Kalau begitu aku akan menemanimu piket sampai kamu selesai.” Tawar Seung Ho sambil tersenyum.
Gomawo Seung Ho, kamu memang pacar yang pengertian.


#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#

“Jiyeon, aku ke toilet sebentar ya.” Kata Seung Ho lalu pergi.
Sejauh ini aku merasa tenang karena Seung Ho menemaniku. Tapi perasaanku mendadak  kembali tidak enak.
KREK
Seperti suara pintu dibuka. Apa Seung Ho sedang mengerjaiku? Aku beranjak dari kursi dan berjalan menuju pintu kelas. Ternyata tidak ada siapapun.
Saat aku kembali ke mejaku. Kulihat sesuatu yang mengejutkan.
Ada tulisan di sana! Padahal aku yakin, barusan tidak ada tulisan apapun di sana.

Tolong aku!

Sungguh. Ini sungguh aneh. Siapa yang menulis itu? Jangan-jangan..
 Aku segera berlari menuju pintu dan berusaha keluar. Tapi kau tahu apa? Pintu terkunci! Tidak. Siapa yang menguncinya?? Aku mengedor-ngedor pintu, berharap Seung Ho atau seseorang mendengarku. Tapi percuma..
“Seung Ho! Seonsaengnim! Tolong aku!” teriakku panik.
Tiba-tiba angin berhembus menusuk ke leherku. Kulihat ke belakang. Dan jendela di samping mejaku itu terbuka lebar! Padahal tadi masih tertutup.
“Ya! Tolong!” teriakku lagi. Kulihat sekeliling kelas. Dan aku terhenti saat melihat seseorang duduk di sudut kelas. Siapa.. aku yakin dia bukan Seung Ho.
Kugedor pintu itu lebih keras lagi sambil berteriak.
“Wae Jiyeon?” tanya Seung Ho mendadak muncul. Anehnya, pintu itu bisa dia buka dengan mudah.
“Tadi.. pintu ini terkunci. Aku..”
“Terkunci? Aneh.. aku bisa membukanya kok.”
“Tapi tadi.. jendelanya juga terbuka!” kami menoleh dan melihat jendela itu. Tertutup!
“Kamu berhalusinasi ya?” Seung Ho menatapku heran.
Aku menarik tangannya, bermaksud untuk memperlihatkan tulisan di meja itu.
“Wae?” tanya Seung Ho makin heran. Tulisan itu sudah hilang!
“Aku tidak bohong! Tadi pintunya benar-benar terkunci! Jendela juga terbuka dan ada tulisan di meja ini! Di.. di sana! Juga ada seseorang yang duduk di sana tadi!” kataku sambil menunjuk pojok kelas mencoba menjelaskan padanya.
“Ji Yeon! Tenang!” Seung Ho memegang kedua bahuku, “Kita pulang ya?”
Aku hanya mengangguk mengiyakan.


#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#

Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa cowok itu? Apa dia yang menulis di mejaku? Aku tidak bisa berhenti memikirkan hal ini. Tiba-tiba terdengar suara goresan, seperti menggores meja. Kulihat mejaku, dan kutemukan tulisan lagi!
Kumohon, tolong aku!

BRAK!
Aku terjatuh dari kursiku.
“Park Ji Yeon, ada apa?” tanya pak guru.
“A.. ada tulisan di meja..” kataku terputus-putus.
“Tulisan?” pak guru berjalan menuju mejaku, “Park Ji Yeon, kamu demam?”
Kenapa? Apa tulisan itu hilang lagi?
Aku mencoba berdiri dengan tubuhku yang masih gemetaran.
“Seonsaengnim, aku permisi dulu.”
“O. Istirahatlah di klinik.”
Aku berjalan keluar dari kelas. Apa itu tadi? Apa ada yang mengerjaiku?


#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#

“Jiyeon a! Gwaenchanna? Temanmu memberitahu kalau kamu ada di sini. Apa yang terjadi?” tanya Seung Ho begitu membuka pintu klinik.
“Aniya.. aku tidak tahu..”
“Tidak tahu? Maksudmu?”
“Tulisan.. ada tulisan lagi di mejaku! Aku tidak tahu siapa yang menulis itu.”
“Tulisan apa?” tanya Seung Ho heran.
“Dia menulis ’Tolong aku’...”
“Mungkin ada yang iseng.”
“Tapi tulisan itu tidak ada sebelumnya. Dan..”
“Jiyeon, tenang..” Seung Ho mencoba menenangkanku.
“Aku yakin ada yang aneh..” kataku dengan suara lirih.


#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#

Kejadian belakangan ini membuatku lelah. Aku tidak bisa tidur.
Aku memasuki kelas. Kuharap tidak ada lagi tulisan. Namun..

Park Ji Yeon, jadilah pacarku!

Aku terperanjat melihat tulisan itu, lalu murid-murid cowok menertawaiku.
Sekarang aku tahu, ini pasti ulah mereka.
“Ya! Park Ji Yeon, jadilah pacarku!” kata seorang cowok.
Teman-temannya yang lain hanya tertawa dan terus menyoraki. Aku mencoba untuk tidak menghiraukan mereka.  Tapi mendadak kepalaku terasa pusing, dan semuanya menjadi gelap.


#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#

Di mana ini? Aku membuka mataku dan mengenali ruangan putih itu. Klinik. Apa tadi aku pingsan?
Aku beranjak dari tempat tidur.
“Kamu sudah bangun?” tanya guru klinik.
“Ne seonsaengnim.”
“Tadi kamu pingsan di kelas, apa kamu sakit?”
“Cuma kurang tidur..”
“Istirahatlah yang cukup..” guru itu mengingatkanku.
“Baiklah. Saya permisi dulu..”
Aku berjalan menuju kelas, perasaanku sedikit tak enak, tapi aku harus mengambil tasku.
Kubuka pintu kelas dan mengambil tasku secepat mungkin.
Saat pintu kelas kututup, kudengar suara aneh dari dalam kelas. Aku tidak ingin masuk, tapi kakiku seperti ditarik oleh sesuatu. Lalu kulihat papan tulis terdapat tulisan,

Tolong aku! Aku mohon!

“Siapa kamu? Jangan menggangguku!” teriakku keras.
Kulihat sebuah kapur tulis berguling ke arah kakiku. Aku mengambil kapur itu. Apa ini artinya aku harus menjawab melalui tulisan juga?
Aku terlalu takut untuk menjawab, tapi aku harus mengakhiri semua ini.

Siapa kamu?

Hening. Tidak ada jawaban. Namun beberapa detik kemudian ia menulis lagi.


Aku Han Kyeong. Tolong aku

Han.. Kyeong? Siapa dia.. apa benar hantu? Dengan ragu aku menjawabnya lagi,


Apa yang harus aku lakukan?


Pergilah ke taman belakang


Untuk apa?


Di samping pohon besar, galilah. Kau akan menemukanku


Balasannya membuatku makin merinding.. apa maksudnya?


Cepatlah!


Dia membalas lagi.

“Ji Yeon, apa yang kamu lakukan?” Seung Ho masuk ke dalam kelas dan kulihat lebam di wajahnya.
“Wajahmu.. wae?”
“Tidak apa-apa. Ayo kita pulang.” Katanya sambil menarik tanganku.
“Seung Ho! Katakan padaku apa yang terjadi? Kamu berkelahi?”
“Aku.. tidak bisa membiarkan perlakuan mereka terhadapmu. Itu keterlaluan.” Katanya tanpa menoleh kepadaku.
Aku memeluknya, lalu berkata, “Pabo. Kamu bisa mencelakai dirimu sendiri.”
Baru kuingat, Han Kyeong! Dia memintaku menggali taman!
Aku segera menarik tangan Seung Ho untuk pergi.
“Mau ke mana?” tanyanya heran.




Sesampai di taman belakang, aku mencari cangkul.
“Apa yang kau cari?” tanya Seung Ho yang masih kebingungan.
“Cangkul.”
“Cangkul?”
“Ne. Han Kyeong. Dia yang selama ini membuntutiku. Arwah itu memintaku untuk menggali tanah ini.” Aku menunjuk tanah di samping pohon itu.
“Tunggu di sini.” Seung Ho berlari pergi dan beberapa menit kemudian kembali dengan sebuah cangkul.
“Di sini?” tanyanya. Aku mengangguk kecil lalu ia segera menggalinya.

“Apa yang kalian lakukan?!” terdengar suara teriakan.
Wali Kelasku!
“Seonsaengnim, aku bisa menjelaskan ini.”
“Tidak ada yang perlu kamu jelaskan. Pulanglah!” bentak pak guru.
“Seonsaengnim! Di sini ada mayat yang terkubur tanpa ada yang tahu!” kata Seung Ho.
“Benarkah? Lalu bagaimana kalian bisa tahu?”
“Arwah itu mendatangiku!” teriakku.
“Sudahlah! Aku capek dengan anak-anak nakal seperti kalian!”
“Seon..” belum sempat menyelesaikan kata-kataku, Seung Ho menghentikanku.
“Ayo pulang.” Kata Seung Ho menarik tanganku.
Kenapa Seung Ho malah menyuruhku pulang? Tidak! Aku harus menemukan Han Kyeong!

“Seung Ho! Kita..”
“Ssst.. diamlah sebentar..”
Seung Ho dan aku bersembunyi di balik gudang, ternyata Seung Ho ingin melihat apa yang pak guru lakukan.

“Di.. dia..” pak guru menggali, “Seung Ho! Dia..”
“Ssst.. kita lihat apa yang dia gali.”

Beberapa kemudian, kami melihat pak guru mengangkat sebuah kardus.
“Kamu bawa hp?” tanya Seung Ho.
Aku merogoh kantongku, dan tidak menemukan hpku.
“Tidak.. sepertinya terjatuh..”
“Hpku rusak saat berkelahi tadi. Dengar, aku akan berusaha menghentikannya, kamu pergilah ke ruang guru. Di sana ada telepon. Telepon polisi. Arasseo?” pinta Seung Ho.
“Tapi..”
“Cepat!”
Pak guru mengangkat kotak kardus itu, lalu Seung Ho mengejarnya. Aku segera berlari ke dalam sekolah. Kubuka pintu ruang guru dan segera mencapai telepon.

“Yobosseyo. Kantor polisi?” kataku panik, lalu aku menjelaskan pada polisi, dan mereka memberitahu bahwa mereka akan segera datang.
“Arrrgh!!”
Suara itu. Itu suara Seung Ho! Aku segera menuju jendela, tampak Seung Ho terjatuh di lantai sambil memegangi perutnya. Lalu kulihat pak guru, dia memegang pisau! Dia menoleh dan mendapatiku sedang melihatnya. Sepertinya dia menuju kemari.
Aku segera meninggalkan ruang guru dan mencoba kabur.
“Park Ji Yeon! Kemarilah! Aku tidak  akan menyakitimu.” Terdengar samar-samar teriakan pak guru.
Aku berlari melalui tangga, aku tidak bisa berpikir lagi. Kubuka sebuah pintu dan ternyata aku ada di ruang kelasku! Kalau pak guru menemukanku di sini, habislah aku. Aku berusaha mencari tempat untuk bersembunyi.
Terdengar langkah kaki pak guru menuju ke atas. Semakin lama semakin kuat, menandakan kalau ia semakin dekat denganku.
“Park Ji Yeon.” Panggil pak guru, aku mencoba kabur darinya, tapi tempat ini tidak memiliki ruang untuk kabur lagi.
“Seonsaengnim.. aku mohon...” kataku padanya. Aku terjebak di pojok kelas. Aku tidak bisa kabur lagi.
“Mianhae..” Pak guru mengangkat pisaunya, dan mengarahkannya padaku. Aku hanya bisa pasrah dan menutup mata.
Terdengar suara pisau jatuh lalu suara pak guru yang bergetar, “A..Han K..Kyeong..”
Aku membuka mataku dan kulihat, dia. Sosok yang kulihat di kamarku dan di kelas. Han Kyeong. Sedangkan pak guru, ia jatuh ketakutan melihat sosok itu.
“Kamu Han.. Kyeong?”
Sosok itu hanya tersenyum, lalu ia mengangkat pisau itu dan mengarahkannya pada pak guru. Namun geraknya terhenti saat terdengar sirene mobil polisi. Membuatku sedikit lega.

Sosok itu lalu hilang. Dan kutemukan tulisan besar yang memenuhi papan tulis.

Terima Kasih

Polisi pun datang dan menangkap pak guru, lalu terdengar suara ambulans.
Aku segera mencari Seung Ho dan kutemukan ia di mobil ambulans. Sepertinya pak guru menusuknya di daerah perut.
“Ji Yeon!” katanya saat melihatku, “Gwaenchanna?”
Aku menganggukan kepalaku.
“Itu.. tulang belulangnya.” Kata Seung Ho menunjuk pada kotak kardus tadi.
“Lalu apa hubungannya dengan pak guru?” tanyaku.
“Entahlah..”


#
##
###
####
#####
######
#####
####
###
##
#

Pak guru ditahan. Kini seluruh sekolah tahu masalah ini. Kabarnya, Han Kyeong adalah murid sekolah ini. Dia tidak sengaja ditusuk oleh pak guru saat memergoki pak guru menelepon seseorang. Pak guru juga melakukan korupsi dan tindakan lain yang melanggar hukum. Mungkin Han Kyeong mengetahui semua itu.
Lalu kenapa dia meminta bantuanku? Kabarnya Han Kyeong dulu juga belajar di kelas yang sama dengan kelas di mana aku belajar dan duduk di kursi yang sama juga denganku. Mungkin dia sudah lama menunggu pertolongan. Tapi kenapa aku yang dipilihnya? Yang duduk di kursi itu bukan hanya aku. Bagaimana dengan murid alumni lain yang pernah duduk di sana? Itulah yang tidak kumengerti sampai sekarang.
Tapi syukurlah, tulang belulangnya kini telah disemayamkan dengan pantas. Seung Ho dan aku juga mengunjungi makamnya beberapa hari yang lalu.

“Ji Yeon!” panggil Seung Ho.
“Seung Ho. Bagaimana perutmu?” tanyaku pada Seung Ho.
“Sudah tidak begitu sakit lagi.”
“Syukurlah..”
Seung Ho. Kalau tidak ada dia mungkin aku sudah dihabisi pak guru. Walaupun teman-teman menertawaiku mengenai tulisan itu, tapi dia tetap percaya padaku.
“Seung Ho..”
“Wae?” Seung Ho menoleh padaku.
“Gomapta..”
“Kenapa  berterima kasih?” tanyanya heran.
Aku hanya tersenyum dan merangkul tangannya, “gajja.”






END

Jumat, 25 Maret 2011

I Like You (ff-oneshot)

I Like You
Cast : Yoo Mi, Key, Minho
Genre : Romance


Yoo Mi POV

Pagi cerah yang mengejutkanku. Kutemukan sebuah boneka kelinci mungil yang sangat lucu di mejaku di kelas. Inikan kelinci di game japit hadiah itu! Aku sudah menginginkannya sejak dulu. Siapa yang menaruhnya di sini?
“Mungkin penggemarmu, Yoo Mi.” Kata seorang temanku.
“Penggemar??” Aneh, sejak kapan aku punya penggemar??




Bel berbunyi, tanda pelajaran telah usai, saatnya pulang!
“Yoo Mi, ada yang mencarimu.”
“Nuguya?” tanyaku pada teman yang memanggil tadi.
Lalu kulihat Minho sedang berdiri di depan pintu kelasku. Waeyo?
“Waeyo Minho oppa?” tanyaku heran.
“Aniya. Kamu suka cake kan? Aku tahu satu cafe di dekat si..”
Belum selesai Minho menjelaskan, aku sudah menyela duluan, “Mian Minho oppa, hari ini aku harus langsung pulang.”
“O. Gwaenchanna..” Minho tersenyum, namun rasa kecewa terpampang di wajahnya.
“Aku duluan.” Kataku cepat lalu meninggalkannya. Mian oppa.


Langkahku terhenti saat aku melihat Key di lapangan, tertawa riang dengan anak-anak yang lain sambil bermain bola. Aku sangat suka melihat tawanya yang seperti anak kecil itu. Pandanganku terpaku padanya sampai seseorang menyadarkanku.
“Yoo Mi? Katanya mau pulang?” gawat! Minho oppa. Bisa-bisa ketahuan kalau aku berbohong.
“O.. ne, ini juga mau pulang. Bye oppa!” jawabku lalu langsung melaju pergi, sebelum Minho oppa sempat berkata apa-apa.








Mataku rasanya masih tertutup. Sungguh! Aku masih sangat ngantuk untuk pergi ke sekolah. Tapi mendadak mataku menjadi segar saat kulihat Key di depanku.
“Au!” gara-gara asyik memerhatikan Key, kakiku malah tersandung batu. Sakit!
Key menoleh dan melihatku, kemudian pergi begitu saja.
Ya! Wae? Kenapa dia tidak menolongku? Malah pergi begitu saja! Jinjja!!
“Gwaenchanna?” mendadak Minho oppa muncul dan menolongku. Wajahnya tampak sangat khawatir.
“O. Gwaenchanna oppa.” Aku melepaskan tangannya dari bahuku. Aku tidak ingin Key melihatku dan oppa begini.
“Gurrae?” tanya Minho oppa.
“Ne. Oppa, aku harus buru-buru, hari ini giliran piket kelas.”
“E..”
“Bye oppa!” lagi-lagi, sebelum Minho oppa sempat berkata apa-apa, aku sudah pergi duluan.


Minho POV
“Aishh.. kenapa dia sepertinya selalu menghindariku?” aku menghela nafas panjang melihat sosok Yoo Mi pergi begitu saja.
‘Minho, kamu tidak boleh menyerah. Kamu harus tunjukkan perhatian yang lebih lagi padanya!’ pikirku dalam hati.
‘Yoo Mi, lihat saja, aku pasti akan mendapatkan hatimu!’



Key POV
“Au!”
 Suara itu mengagetkanku. Dan saat menoleh, kudapati Yoo Mi terjatuh. Aku berniat menolongnya, tapi Minho, cowok yang belakangan ini sering bersamanya datang. Ya sudahlah. Biar dia saja yang menolongnya.


Yoo Mi POV
Gerah sekali hari ini. Aku memencet tombol mesin penjual minuman otomatis.
“Ya! Kenapa tidak bisa keluar? aku kan sudah memasukkan uangnya!” kataku kesal sambil mengguncang-guncangkan mesin itu.
BRAK!
Mesin itu ditendang oleh seseorang dan minuman pun keluar.
Key!
“Eh.. gomapta..” kataku sedikit grogi. Baru sekali ini aku melihatnya dari dekat.
Tanpa berkata apa-apa Key pergi begitu saja. Mwo? Jinjja!




Minho POV
Aku melihat Key dan Yoo Mi, apa yang sedang mereka lakukan? Yoo Mi.. wajahnya memerah seperti itu. Jangan- jangan.. dia suka Key?


Yoo Mi POV
Kenapa dia cuek banget sih? Jinjja.
“Yoo Mi!”
Aish.. suara itu.. Minho oppa. Lagi!
“Oppa.” sapaku dengan senyum yang agak dipaksakan.
“Kamu suka makan sandwich kan? Nih.” Minho oppa menyodorkan sandwich yang biasa aku beli di kantin itu padaku. Kenapa dia tahu semua barang kesukaanku sih?
“A.. aku sudah makan kok oppa. Mian.” Aku mencoba menolak.



Minho POV
Lagi-lagi Yoo Mi menolak pemberianku. Wae??
“Yoo Mi.. kenapa kamu selalu menolak pemberianku?”
Pertanyaanku sepertinya susah dijawabnya.
“E.. anu.. itu oppa..”
“Kamu selalu cuek padaku.” Kataku pada Yoo Mi.
“Mian..”
“Yoo Mi, joahaeyo.”


Yoo Mi POV
Pernyataan oppa benar-benar membuatku kalang kabut! Padahal aku sudah berusaha bersikap cuek padanya! Tapi dia tetap nekat menyatakan perasaanya padaku!
“Oppa.. aku..”
“Wae? Kamu tidak menyukaiku?”
“Bukan begitu oppa..”
“Lalu?”
“Mian.. aku senang oppa menyukaiku. Tapi.. ada orang lain yang kusukai.” Akhirnya aku mengaku.
“Kalau begitu, boleh aku tahu siapa cowo beruntung itu?”
“Oppa.. aku..”
“Yoo Mi, jebal, kalau kamu memberitahuku, aku tidak akan mengejarmu lagi.”
“Baiklah kalau oppa terus memaksaku. Yang kusukai itu..” belum sempat kulanjutkan perkataanku, Key muncul begitu saja.
“Key..” aku langsung menutup mulutku saat menyadari apa yang kuucapkan.
Key hanya menatap cuek pada kami lalu pergi. Sepertinya dia mengerti kalau kami sedang membicarakan sesuatu yang pribadi. Lalu.. apa dia mendengar kata-kataku tadi?? Bagaimana ini??
“Jadi.. dia yang kamu sukai?” tanya Minho oppa.
Aku hanya bisa diam karena masih mengkhawatirkan apakah Key mendengar pembicaraan kami.
“Baiklah, aku mengerti. Selamat berjuang!” Minho oppa mengelus kepalaku lalu beranjak pergi.
“Oppa! Mian. Jeongmal Mianhae..”
Minho oppa hanya tersenyum menerima permintaan  maaf dariku. Maafkan aku oppa..




Key POV
‘Apa yang Yoo Mi katakan tadi? Dia.. Aishh!’ aku menggelengkan kepalaku.

Flashback

“Kyaa! Lihat, kelinci itu lucu banget deh.” Teriak seorang gadis manis di depan mesin game japit hadiah itu. Setahuku, namanya Yoo Mi.
“Cewek-cewek memang suka berisik!” kata temanku.
“Menurutku lucu.”
“Mwo? Apanya?”
“Aniya.” Kataku sambil tersenyum dan beranjak pergi.




“Mwo? Kamu habisin duit berapa buat kelinci ginian? Kamu kan paling payah main game itu!” kata temanku melihatku memegang boneka kelinci kecil.
“Berisik!”


Flashback end

Semua perkataannya, penolakannya terhadap Minho, apa itu.. karena aku? Gurrae?
Kalau dia memang menyukaiku, berarti perasaanku pasti diterima.
Lalu kelinci yang kutaruh di mejanya.. apakah dia masih menyimpannya?





Yoo Mi POV
Hari ini aku membawa kelinci itu untuk dikembalikan pada Minho oppa. Aku telah menyakiti hatinya. Aku tidak pantas menerima ini.
Di tengah perjalanan menuju kelas oppa, aku bertemu Key dan teman-temannya.
“Ya! Kelinci ini!” salah seorang temannya merebut kelinci itu dari tanganku, “Ini kan kelinci yang kamu ambil dengan susah payah di game itu!”
Perkataan teman Key membuatku sungguh sangat amat terkejut.
“Jadi kamu berikan pada cewek ini Key?” kata temannya yang lain.
Wajah Key merona merah dan ia menutupi mulutnya.
Key terlihat sangat malu.
“Key.. jadi kamu yang menaruh boneka ini di mejaku?”
Key hanya mengangguk kecil dengan wajah yang makin memerah.
“Jadi kamu..”

Teman Key melirik Key, lalu berseru, “Tentu saja suka sama kamu Yoo Mi!”







END







Hihi. RCL ya chingu  :)

Last Farewell (7 Days with Big Bang)

Last Farewell  (7 Days with Big Bang)

Cast : Taeyang, Seungri, G Dragon (GD), TOP, Daesung, Hyori
Genre : Romance, gaje
by : Juju



----------------Day 1-----------------
Taeyang, Seungri, G-dragon, TOP, dan Daesung duduk di ruang ganti setelah selesai tampil di salah satu stasiun TV Seoul.
“Untunglah hari ini berjalan lancar.” Kata Daesung sambil melap keringatnya.
“Ya, meskipun tanpa manager.” Sambung Seungri.
Setelah meneguk air mineralnya, GD melanjutkan, “Tapi hari ini akan ada pengganti manager untuk sementara kan?”
“Membosankan..” kata TOP cuek.
“Wae? Bukankah menyenangkan? Seperti apa ya manager sementara ini?” Taeyang mencoba membayangkan.
“Cewek atau cowok?” Seungri ikut antusias.
Tok tok
Suara pintu diketuk menghentikan pembicaraan mereka.
“Annyeonghasseo. Saya mengantarkan manager baru kalian.” Kata petugas itu.
“Annyeonghasseo. Chonun Ahn Hyori imnida.” Gadis itu memperkenalkan dirinya.
“Wow.” Seru GD dan Daesung serentak.
Mereka mulai memperkenalkan diri masing-masing. Ya meskipun manager itu pasti sudah tahu mengenai mereka.
“Iputta..” bisik GD pada Seungri.
“Umurmu berapa?” tanya Taeyang pada manager baru itu.
“19 tahun.”
“19 tahun sudah berani jadi manager?” kata TOP ketus.
“Ya! Bersikap yang manis dong sama cewek secantik ini!” seru GD.
“Mianhae. Saya keponakan manager sebelumnya, Cuma dimintai tolong menggantinya sebentar kok.”
“Terserah.. aku pulang dulu.”
“Pulang? Wait wait. Cepat amet. Bukannya kamu ikut pergi makan?” tanya GD, “Hyori juga ikut saja.”
“Tapi.. apa tidak apa-apa?” tanya Hyori.
“Gwaenchanna Hyori a. Ayolah TOP oppa...” kata Daesung mencoba merayu TOP.
“Hyung.. kenapa buru-buru sih?” lanjut Seungri.
“Apa kamu ada perlu?” Taeyang menyambung pertanyaan mereka.
“Ya! Kenapa kalian bawel banget sih?! Ya sudahlah, aku ikut.” Kata TOP kesal, lalu mereka pun beranjak untuk pergi makan bersama manager baru itu.




“Manager, minta nomor dong.” Kata GD sambil cengar-cengir.
“Ya! GD, manager juga kamu embat?” seru Daesung, “Kalau begitu aku juga.”
“Aku! Aku! Aku juga.” Seru Seungri.
“Aku juga..” kata Taeyang kalem.
“Ya! Taeyang, kamu juga??” tanya GD terbelalak.
“Maksudku kalau nanti ada pekerjaan yang harus dibicarakan, kan jadi lebih mudah.”
“ALASAAAAN!!” seru semuanya, kecuali TOP, dan Hyori.
“Baiklah, kalau begitu aku kasih ke semua ya. Betul kata Taeyang oppa.” Kata Hyori sambil tersenyum manis, membuat mereka semua terpesona. Bagaimana dengan TOP? Apa dia juga terpesona?




-


----------------Day 2-----------------
[With Seungri]

“Annyeong Seungri oppa.”
“Ah. Hyori. Annyeong.”
“Sudah lama menunggu?” tanya Hyori.
“Aniya. Baru saja datang. Syukurlah kamu mau menerima ajakanku.”
“Aku juga senang diajak oppa ke sini.”
“Ya, begitu tahu kamu suka baca buku, aku jadi ingat tempat ini.”
“Perpustakaan yang bagus. Kecil tapi nyaman.” Kata Hyori melihat sekeliling perpustakaan itu. Perpustakaan tempat Seungri biasa datang. Perpustakaan kecil, namun suasananya tenang dan nyaman.
“Gurrae. Juga tidak banyak orang.”
“Di sini juga da cafe?” tanya Hyori melihat cafe kecil di pojokan.
“O. Jadi kita bisa santai di sini. Aku sering ke sini saat jadwal kosong.” Jawab Seungri, “Kalau begitu, hari ini kita di sini saja sampai jam 5.”
“Baiklah. Jadwal oppa kan jam 6.”





----------------Day 3-----------------
[With Daesung]

“Hyori!” seru Daesung begitu melihat Hyori di antara keramaian.
“Oppa. Mianhae, sudah menunggu lama?”
“Aniya. Gajja, filmnya sudah mau dimulai.” Kata Daesung menarik tangan Hyori. Lalu ia sadari, adegan itu membuat mereka berdua jadi canggung.
“Mian..” buru-buru Daesung melepaskan genggaman tangannya.
“Gwaenchanna oppa. Gajja! Bukankah filmnya sudah mau dimulai?” sekarang malah Hyori yang menarik tangan Daesung.






----------------Day 4-----------------
[With GD]

Seusai syuting, GD mengajak Hyori ke club. Awalnya Hyori menolak, karena dia tidak biasa pergi ke club. Tapi setelah mendengar penjelasan GD, barulah ia setuju untuk pergi.
“Oppa, di sini tempatnya?” tanya Hyori melihat club yang dipenuhi banyak orang itu.
“Gurrae. Kamu tenang saja, di sini aman kok. Club ini biasa didatangi orang-orang seusia kita. Di sini juga tidak menjual alkohol.” GD mencoba menjelaskan lagi pada Hyori.
“GD!” seru seorang pria, “Semua sudah menunggumu.”
“Oke!” seru GD, “Hyori, kamu duduk di sini dulu, nanti aku kembali.”
“Oppa mau ke mana?”
“Lihat saja.” GD segera naik ke pentas, memasang headphone lalu berseru, “Okay! This is DJ G-Dragon!”
GD tersenyum ke arah Hyori dan mencoba menampilkan penampilan terbaiknya. Berharap Hyori akan terkesan.



----------------Day 5-----------------
[With Taeyang]

“Sudah lama aku tidak ke taman bermain.” Seru Hyori terlihat senang.
“Aku tahu, kamu pasti suka taman bermain, makanya aku ajak ke sini.” Kata Taeyang.
“Oppa, kita coba semua wahana yuk.” Ajak Hyori kegirangan.
“Yakin?” goda Taeyang.
“Tentu! Gajja!” Hyori menarik tangan Taeyang, membuat Taeyang tersenyum karena tingkah Hyori yang seperti anak kecil.
Hyori dan Taeyang sangat menikmati hari itu.



----------------Day 6-----------------
[With TOP]


“Oppa??” Hyori terbelalak melihat TOP di depannya.
“Hyori?”
“Kebetulan sekali bisa ketemu oppa di sini! Sedang jalan-jalan ya oppa?”
“Bukan urusanmu.” Jawab TOP cuek.
“Ya! Oppa, waeyo? Apa aku berbuat salah? Kenapa oppa jutek sekali sama aku?” tanya Hyori heran.
“Gwaenchanna.”
Hyori menghela nafas panjang. Ia heran, kenapa di antara semua personil Big Bang itu, hanya TOP yang selalu bersikap jutek.
TOP beranjak pergi, Hyori mencoba mengejar namun ia terhenti saat melihat seotang anak kecil menangis.
“Waeyo?” tanya Hyori pada anak itu.
“Mamaku hilang..” jawab anak itu sambil terus menangis.
“Mamamu hilang? Kamu yang hilang! Dasar anak kecil.” Kata TOP.
“Gajja, kita cari mamamu.” TOP menggendong anak itu di bahunya,”Ya! Ahn Hyori! Kenapa tertawa??”
“Aniya oppa. Hanya lucu saja, walau jutek dan ketus, ternyata oppa baik juga.” Kata Hyori membuat TOP tersipu. Wajahnya merah seketika.
“Jinjaa...”

“TOP? Kyaa itu TOP!” teriak seorang gadis di seberang.
“Gawat oppa....” kata Hyori mulai kebingungan, karena sepertinya itu fans TOP, akan gawat kalau mereka menyerbu ke tempatnya dan TOP.
“Kaburr!!!” seru TOP.





----------------Day 7-----------------

Big Bang sedang berada di ruang ganti untuk persiapan pentas mereka.
“Ya! Aku beritahu satu rahasia.” Seru GD.
“Mwo?” tanya Daesung dan Seungri serentak.
“Aku ngedate sama Hyori!”
“MWO???” teriak semuanya, kecuali TOP.
“Wae? Jangan jealous gitu dong. Biasa aja kali. Aku ajak dia ke club, dan sepertinya dia terpesona saat aku ngeDJ.” Kata GD.
“Bangga?? Aku juga ngedate sama dia.” Ejek Seungri,”Aku ajak dia ke perpustakaan, dia terlihat senang dan sangat menikmati waktu di sana bersamaku.”
“Ya! Ya! Jangan bangga dulu dong. Gini-gini aku juga ngedate sama Hyori.” Seru Daesung tidak mau kalah.
“Mwo?? Kamu juga????” teriak GD dan Seungri bersamaan.
“Aku ajak dia nonton, film kesukaannya lagi. Kami juga bergandengan tangan.” aku Daesung walau sedikit bohong. Hyori menarik tangannya, bukan bergandengan tangan.
“Daesung, hidungmu memanjang loh..” goda GD.
“Gurrae, kamu ajdi pinokio deh. Eh bukan, Daesungkio!” seru Seungri sambil tertawa.
“Aku mengajaknya ke taman bermain.” Pernyataan Taeyang membuat semuanya terdiam.
“Taeyang, kamu mau jadi Taeyangkio juga?” goda GD.
“Aku serius. Kami mencoba semua wahana di sana. Tanya saja Hyori.”
“OMO! Jadi Hyori sudah ngedate sama kita semua?” seru Daesung.
“Ya! TOP, kamu juga ngedate dengan Hyori?” tanya Seungri kemudian semuanya ikut menginterogasi.
“Aniya.” Jawab TOP singkat.
“Syukurlah..” semua menghela nafas lega.
“Berarti sainganku berkurang satu.” Kata GD.
“Hyori pasti memilihku!” seru Seungri.
TOP hanya menggeleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. Kemudian Hyori mendadak masuk.
“Hyori!” semua serentak memanggil, kecuali TOP.
Hyori terlihat sedikit terkejut, “Wae? Kenapa dengan kalian?”
“Oppa, kemarin seru banget ya.” Seru Hyori melihat kepada TOP
“Mwo?” Daesung terkejut.
“TOP, kamu bohong ya?” Seungri melihat ke arah TOP.
“Kamu bilang nggak ngedate dengan Hyori!” seru GD.
“Siapa yang bilang aku ngedate sama dia! Pabo!” teriak TOP sedikit emosi.
“Aniya. Kami cuma kebetulan ketemu di taman, lalu ada ..” Hyori mencoba menjelaskan.
“Sudah! Tak ada yang perlu dijelaskan. Memangnya ada yang keberatan kalau aku ngedate sama dia?” sela TOP, membuat semuanya bingung, sangat bingung. *Author juga jadi bingung. Reader bingung gak? XD
“TOP, jangan-jangan kamu..”
“Mwo?” tanya TOP ketus.
“Oh iya, aku ingin menyampaikan sesuatu..” kata Hyori menyela pembicaraan mereka.
Personil Big Bang itu mulai mengira-ngira dalam hati.
Daesung, ‘Jangan-jangan dia suka padaku?’
GD, ‘Dia mau menembakku??’
Seungri, ‘Dia pasti mulai suka padaku!’
Taeyang, ‘Jangan-jangan dia mulai tertarik denganku?’
TOP, ‘Apa dia menyukaiku? Dia terlihat senang dengan pertemuan kemarin. Yah.. kuakui, dia memang gadis yang cantik.’
Hyori mulai berbicara,dan itu membuyarkan pikiran mereka.
“Aku.. hari ini hari terakhirku di sini, bersama kalian.”
“Maksudmu? Kamu berhenti?” tanya Daesung polos.
“Pabo! Dia kan memang hanya manager sementara.” Celotos TOP.
“Benar kata oppa, aku memang hanya menggantikan Bibiku, tapi sebenarnya, besok juga aku tidak akan ada di Seoul lagi. Aku akan pergi ke Jerman.” Jelas Hyori.
“Mwo?? Jerman??”
“Gurrae, this is our last farewell.”
“Tapi, kamu akan kembali ke Seoul kan?” tanya Seungri.
“Aku belum tahu. Yang pasti, aku senang bertemu kalian, terima kasih atas hari-hari yang menyenangkan. Seungri oppa, terima kasih sudah mengajakku ke perpustakaan itu. Daesung oppa, film kemarin itu menarik sekali. Gomawo. GD oppa, penampilanmu keren banget! Aku suka, gomawoyo. Taeyang oppa, wahana-wahana kemarin sangat seru! Terima kasih sudah mengajakku ke sana. Dan TOP oppa, kejadian di taman itu sangat seru. Walaupun oppa selalu jutek dan ketus padaku, tapi aku tahu, oppa sebenarnya baik. Gomawo. Jeongmal gomawo semuanya. Aku benar-benar berharap bisa bertemu kalian lagi nanti.”
“Hyori..” semua personil Big Bang terlihat sedih dan kecewa. Kali ini termasuk juga TOP.
“Ah! Sudah waktunya kalian tampil. Gajja!” seru Hyori ketika melihat jam tangannya.

Big Bang naik ke atas panggung dan menyapa penonton.
Panggung dipenuhi sorakan dan jeritan penonton.


“Hari ini, kami akan menyanyikan lagu ini untuk manager kami, Ahn Hyori. Kami sangat bersyukur bertemu denganmu. This is our song for you, Last Farewell.” Kata GD.
“Hyori, Joahae!!” seru semua personil Big Bang.

I don't wanna be without you girl
Majimak insaneun
Jeobeodugil barae
Oneul dan harumankeumeun
I don't wanna be without you girl
Nae seotun maeum
Kkaji ango gajwo I love you I need you girl.







END
















Kembali lagi dengan ff yang cukup gaje. *Mianhaeeee >.<
Tetep ditunggu RCLnya ya ^^

Kamis, 24 Maret 2011

Meet You (fanfic-oneshot)

Meet You
Cast : Leeteuk, Donghae, Yoo Mi
Genre : Romance


Leeteuk POV

Untunglah matahari bersinar cerah hari ini, jadi aku bisa menjenguk Yoo Mi.
Kumasuki ruang serba putih itu dengan membawa buket bunga mawar pink. Bunga kesukaan Yoo Mi. Dia pasti senang.
Begitu kubuka pintu kamar tempat Yoo Mi dirawat, sosok seseorang mengagetkanku.
“Donghae? Sejak kapan kamu pulang ke sini?” Donghae, teman baikku yang telah lama menuntut ilmu di Amerika, tiba-tiba hadir di depanku, seperti mimpi saja.
“Baru hari ini. Begitu tahu Yoo Mi sakit, aku langsung pulang. Apa kabar?” Kata Donghae sambil tersenyum.
“Baik. Tapi, bukankah biaya transportmu itu mahal? Lagipula Yoo Mi hanya terkena infeksi lambung. Tidak terlalu parah dan hanya perlu diopname beberapa hari. Ya kan Yoo Mi?”
“Ne.” Jawab Yoo Mi singkat, wajahnya berubah lesu.
“Wae Yoo Mi? Apa sakit lagi? Ada yang tidak enak?” tanyaku khawatir.
“Aniya.” Yoo Mi menjawab sambil tersenyum membuatku sedikit lega.
“Ya! Donghae a, sudah lama tidak bertemu, bagaimana kalau besok kita makan? Kapan kamu kembali ke Amerika?”
“Boleh. Aku belum tahu kapan.”
“Apa tidak mengganggu pelajaranmu?”
“....” Donghae hanya tersenyum kaku.




Aku dan Donghae sedang menyantap makan siang di sebuah cafe, sebelum pergi menjenguk Yoo Mi.
“Leeteuk, kamu masih ingat waktu kita kecil?”
“Tentu. Mana mungkin aku lupa saat-saat bersamamu dan Yoo Mi.”
“Baguslah.”
“Waeyo?” tanyaku heran.
“Aniya. Aku hanya berharap waktu berhenti saat itu.”
“Wae? Apa kamu menyesal pergi ke amerika meninggalkan kami?”
“Aniya.” Donghae tertawa kecil mendengar pertanyaanku.



“Yoo..” kata-kataku terhenti saat melihat pemandangan itu. Yoo Mi. Dia.. mulutnya mengeluarkan darah.
“Yoo Mi! Suster, tolong!” teriak Donghae memanggil suster.
Aku terpaku melihat keadaan Yoo Mi seperti itu. Kenapa dia sampai muntah darah?
Dokter segera datang dan meminta aku dan Donghae untuk menunggu di luar.

“Donghae, kenapa bisa begini? Apa infeksinya makin parah? Kemarin dia terlihat sehat-sehat saja.” Tanyaku dengan wajah yang masih pucat. Sekujur tubuhku terasa lemas.
“Semua akan baik-baik saja. Tenanglah.” Donghae mencoba menenangkanku.
“Dokter! Bagaimana keadaan Yoo Mi?” aku segera menginterogasi dokter begitu ia keluar dari kamar Yoo Mi.
“Dia akan sering mengalami muntah darah seperti itu. Apa kalian keluarganya?”
“Dia..” Yoo Mi adalah yatim piatu, dia tidak memiliki keluarga. Yang dia punya hanya aku dan Donghae.
“Saya kakaknya.” Donghae menerobos begitu saja.
“Kalau begitu, boleh bicara di kantor saya?”
Donghae mengangguk pelan kemudian mengikuti dokter.

“Yoo Mi, gwaenchanna?” tanyaku pelan ketika memasuki kamarnya.
Yoo Mi hanya tersenyum kecil. Saat itu aku tahu, dia sedang menderita karena sakitnya. Bisa kulihat di raut wajahnya. Aku sudah lama mengenalnya, walau dia tersenyum, dia tidak bisa membohongiku kalau dia sakit.
Aku memegang tangan Yoo Mi, dan duduk di sampingnya.
“Yoo Mi, kalau nanti kamu sudah sembuh, kita jalan-jalan ke Amerika ya? Kita lihat tempat Donghae tinggal dan belajar, hitung-hitung dia bisa jadi tour guide kita.”
“Itu.. ide yang bagus.” Kata Yoo Mi, namun senyum di wajahnya berubah menjadi tangisan.
“Yoo Mi a, wae? Apa sangat sakit?”
“Leeteuk, boleh tinggalkan aku sendiri? Sebentar saja.” Kata Yoo Mi memaksakan diri untuk tersenyum.
“Arasseo..”

Aku tidak mengerti, apa yang terjadi padanya?
Donghae, mungkin dia tahu sesuatu.
Aku bergegas ke ruangan dokter, begitu sampai, kulihat Donghae sedang berbicara serius dengan dokter. Wajahnya terlihat kacau.
“Maksud dokter?”
“Ne. Tinggal sebentar lagi. Buatlah dia bahagia.”
Apa maksud mereka? Apa mereka membicarakan Yoo Mi?
“Arasseo..”
Donghae berjalan keluar dan terlihat kaget saat mendapatiku di depan pintu.
“Lee.. Leeteuk?? Sejak kapan kamu di sini??”
“Donghae! Apa yang terjadi sebenarnya? Katakan padaku.”
“Aku..”
“Donghae!!”

Flashback
“Yobosseyo.”
“Donghae?”
“Yoo Mi! Apa kabar?”
“Baik. Kamu?”
“Ya begitulah. Ada apa? Tumben kamu meneleponku? Sedang bertengkar dengan Leeteuk?”
“aniya..”
“lalu?
“Donghae.. kamu bisa pulang?”
“Waeyo? Kamu kangen padaku?”
“Aku.. terkena kanker lambung. Umurku tidak lama lagi.”
“jangan bercanda seperti itu Yoo Mi.”
“Aku serius Donghae.”
“Apa.. Leeteuk sudah tahu?”
“Aniya. Aku tidak ingin dia tahu. Tolong, rahasiakan ini darinya.”
“Baiklah, aku akan segera pulang.”

Flashback end

“Begitulah, Yoo Mi memberitahuku lewat telepon. Dia yang memintaku untuk tidak memberitahumu.” Donghae menceritakan percakapannya dengan Yoo Mi lewat telepon.

“Wae?! Kenapa Donghae?? Aku ini pacarnya? Kenapa dia malah memberi tahumu lebih dulu??”
“Leeteuk, kadang ada sesuatu yang tidak bisa dikatakan langsung..”
“Wae? Apa aku tak pantas untuk tahu?” air mataku perlahan mengalir. Aku tidak mengerti. Kenapa semua ini terjadi?
“Mungkin dia hanya tidak ingin membuatmu sedih..”
“Yoo Mi...”
Kenyataan ini terlalu pahit. Aku tidak bisa menerimanya. Kami sejak dulu selalu bersama, bagaimana mungkin bila kami harus kehilangan salah satu dari kami? Tuhan, kenapa kamu ingin mengambil Yoo Mi dari kami?

Aku memasuki kamar Yoo Mi, dan kulihat Donghae duduk di sampingnya. Namun ia segera beranjak saat melihat kedatanganku.
“Bicaralah..” katanya smabil menepuk bahuku kemudia keluar dari kamar.

Aku duduk di samping Yoo Mi, “Yoo Mi, kenapa tidak bilang padaku?”
“Aku..” Yoo Mi mengeluarkan air matanya, “Aku tidak ingin membuatmu sedih.”
“Aku akan semakin sedih karena tahu bahwa akulah yang terakhir tahu mengenai ini.”
“Mianhae Donghae..”
“Yoo Mi, apa kamu mencintaiku?”
“Tentu saja...” tangisannya semakin kuat.
“Bagaimana dengan Donghae?”
“Aku menyayanginya. Dia sudah seperti kakakku. Aku menyayangi kalian berdua.”
“Syukurlah..” aku memeluk Yoo Mi yang masih menangis.
“Mianhae.. kalau saja kalian tidak bertemu aku, kalian tidak akan sedih seperti ini.”
Perkataan Yoo Mi membuat air mataku kembali mengalir.
“Jangan bicara begitu. Justru aku bersyukur karena bertemu denganmu.”
Donghae kemudian masuk, dan tersenyum pahit melihat kami.
“Betul kata Leeteuk.”
“Aku.. benar-benar bersyukur bisa bertemu kalian berdua.” Kata Yoo Mi sambil tersenyum.


 Itulah senyum terindah dan terakhir dari Yoo Mi untuk kami.







Beberapa tahun kemudian


“Yobosseyo..”
“Ya Donghae! Apa kabar? Kapan kamu pulang ke sini?”
“Untuk sementara mungkin tidak bisa, di sini masih banyak tugas sih.”
“Kalau begitu, aku saja yang ke sana.”

“Gurrae?? Serius?” tanya Donghae semangat.

“Ne. Tapi kamu harus menjadi tour guideku ya.”




END







Otohke? >.< Mian kalo gaje.. hihi.. Ini ff 1 jam-an.. jadi mian kalo gaje..tetep ditunggu RCLnya ya ^^

Rabu, 23 Maret 2011

My Enemy (fanfic)



My Enemy
Cast : Onew, Kyuhyun, Suzy Miss A
Genre : Romance, Friendship

Onew POV
“Suzy a! Annyeong.” Sapaku riang pada gadis mungil dan manis itu.
“Annyeong oppa.” Ah.. senyumnya seperti gula ditambah madu.
“Suzy!” Aish.. suara yang tidak ingin kudengar. Kyuhyun, si pengganggu. Musuh bebuyutanku. Padahal sih, dulu kami berteman.
“Nanti..” kataku berbarengan dengan Kyuhyun.
Suzy malah tertawa melihat kami,  “Mwo oppa? Kenapa kalian berdua kompak banget?”
“Sepulang sekolah..” lagi-lagi kami berbarengan.
“Nanti sepulang sekolah, mampir ke rumah ya. Bye-bye.” Kata Suzy singkat sambil tersenyum. Sedangkan aku dan Kyuhyun hanya saling memandang kesal.

Kyuhyun POV
Kulihat Onew sedang mengobrol dengan Suzzy, gadis manis dan mungil itu.
Tidak bisa dibiarkan!
“Suzy!” sapaku berusaha mengganggu mereka.
Tak akan kubiarkan Onew merebut perhatiannya. Onew, musuh bebuyutanku. Padahal sih, dulu kami berteman.
“Nanti..” kataku berbarengan dengan Onew. Uh.. ngapain sih dia ikut-ikutan.
“Mwo oppa? ? Kenapa kalian berdua kompak banget?” kata Suzzy sambil menertawai kami.
“Sepulang sekolah..” lagi-lagi kami berbarengan.
“Nanti sepulang sekolah, mampir ke rumah ya. Bye-bye.” Kata Suzy singkat sambil tersenyum. Meninggalkan aku dan Onew yang masih saling memandang kesal.

Suzy POV
“Suzy a! Annyeong.” Kulihat Onew oppa menyapaku.
“Annyeong oppa.” Aku menyapa balik.
“Suzy!” terdengar suara Kyuhyun oppa dari kejauhan.
“Nanti..” kata mereka berbarengan. Lucu sekali. Setahuku mereka tidak pernah akrab.
 “Mwo oppa? Kenapa kalian berdua kompak banget?”
“Sepulang sekolah..” lagi-lagi mereka berbarengan.
“Nanti sepulang sekolah, mampir ke rumah ya. Bye-bye.” Kataku lalu meninggalkan mereka, kulihat mimik kesal tertata di kedua wajah kakak kelasku itu.


Onew POV
Aku berdiri memandang papan bertuliskan Suzy’s itu. Papan manis yang sama dengan pemiliknya. Rumah Suzy adalah sebuah bakery. Kamu bisa menemukan berbagai jenis roti dan kue di dalamnya. Aku tidak pernah absen ke sini setiap hari. Bukan karena rotinya, tapi karena pemiliknya. Maksudku bukan rotinya tidak enak sih, tapi tujuan utamaku ya ingin melihat Suzy.
“Oppa, kenapa berdiri di situ? Apakah aku memasang tanda dilarang masuk?”
“Ah. Mian.” Kataku sambil menggaruk-garuk kepala karena malu.
“Suzy..”
“Ah. Kyuhyun oppa! Ayo masuk.”
Aishh.. kenapa Kyuhyun selalu mengganggu sih..
“Kalian mau makan apa oppa?”
“Emm...” semua roti di sini terlihat enak, membuatku bingung untuk memilih,masalahnya uangku tidak banyak, aku tidak bisa membeli yang mahal-mahal.
“Ini aja deh.” Akhirnya pilihanku tertuju pada dannish coklat belgia yang lumayan murah itu, “Sama black coffee satu ya.”
“Oke. Kyuhyun oppa mau apa?”
“Ini deh.” Kyuhyun menunjuk tart kecil yang mahal itu, “lalu capuccino latte.”
Sial. Kyuhyun selalu memilih yang mahal. Aku tahu. Dia pasti sengaja ingin menarik hati Suzy. Maklum saja, dia anak pengusaha ternama, tentu dia bisa membeli semua yang dia mau, termasuk kue mahal dan latte latte apalah yang dia sebut tadi. Tidak sepertiku, aku hanya anak yang sangat biasa-biasa saja.
“Oke deh, tunggu sebentar ya.” Suzy masuk ke dalam meninggalkan kami yang beradu pandang, persis seperti tadi pagi.

Kyuhyun POV
Kulihat Onew berdiri di depan bakery Suzzy. Sial. Kenapa aku selalu keduluan sih.
“Oppa, kenapa berdiri di situ? Apakah aku memasang tanda dilarang masuk?” tanya Suzzy melihatnya.
“Ah. Mian.” Kata Onew sambil menggaruk-garuk kepala dengan gaya sok malu.
“Suzy..” sapaku.
“Ah. Kyuhyun oppa! Ayo masuk.”
Wajah Onew terlihat berubah. Seperti dilipat-lipat.
“Kalian mau makan apa oppa?”
Onew menunjuk roti murah dan meminta secangkir black coffee. Baiklah kalau begitu, pilihanku harus lebih baik. Aku harus menunjukkan kalau seleraku lebih bagus.
 “Oke. Kyuhyun oppa mau apa?”
“Ini deh.” aku menunjuk tart kecil yang mahal itu, “lalu capuccino latte.”
Wajah Onew mulai berubah lagi. Kenapa sih dia suka melipat-lipat wajahnya seperti itu?
“Oke deh, tunggu sebentar ya.” Suzy masuk ke dalam meninggalkan kami, yang seperti keadaan tadi pagi, saling beradu pandangan kesal.

Suzzy POV
Aku melihat Onew oppa berdiri di depan pintu, namun ia tidak masuk.
“Oppa, kenapa berdiri di situ? Apakah aku memasang tanda dilarang masuk?”
“Ah. Mian.” Katanya sambil menggaruk-garuk kepala dan terlihat malu.
“Suzy..”
“Ah. Kyuhyun oppa! Ayo masuk.”
Kulihat mimik wajah Onew oppa jadi berubah. Seperti tidak menyukai kedatangan Kyuhyun oppa.
“Kalian mau makan apa oppa?”
Onew oppa memesan black coffee dan dannish coklat belgia.
 “Oke. Kyuhyun oppa mau apa?”
Sedangkan Kyuhyun oppa selalu memesan tart dan latte.
Setiap datang kemari, selalu minuman itu yang mereka pesan. Sekarang aku tahu, itu pasti minuman kesukaan mereka.
“Oke deh, tunggu sebentar ya.” Aku masuk ke dalam untuk membuat pesanan mereka. Tapi aku merasakan suasana seperti tadi pagi. Mereka beradu pandangan kesal. Sungguh aneh.


Onew POV
Aku menyeruput black coffeeku, tapi karena masih panas, malah kutumpahkan.
“Onew oppa! Oppa tidak apa-apa??” kata Suzy terlihat khawatir.
“Aniya.. Mianhae..” kataku salah tingkah.
Kulihat Kyuhyun menertawakanku. Dasar licik!
Karena menertawakanku, tartnya malah terjatuh dan membuat sebagian bajunya dilumuri krim. Membuatku tertawa terbahak-bahak.
“Ya! Jangan ketawa!”
“Bukankah kamu juga menertawaiku?”
Ketika kami sedang asyik beradu mulut, pintu masuk terbuka dan tampak seorang pemuda tampan berdiri di sana. Siapa dia?

Kyuhyun POV
Kupotong tart kecil nan mahal di mejaku. Lalu sesuatu membuatku tertawa geli. Onew menjatuhkan black coffeenya.
“Onew oppa! Oppa tidak apa-apa??” kata Suzy terlihat khawatir.
“Aniya.. Mianhae..” katanya salah tingkah.
Karena menertawakannya, tartku malah terjatuh dan membuat sebagian bajuku dilumuri krim. Sial! Onew malah balik menertawakanku.
“Ya! Jangan ketawa!”
“Bukankah kamu juga menertawaiku?”
Ketika kami sedang asyik beradu mulut, pintu masuk terbuka dan tampak seorang pemuda tampan berdiri di sana. Nuguya?

Author POV

“Oppa!” teriak Suzy lalu menghampiri pemuda tampan itu dan kemudian memeluknya. Adegan ini membuat Onew dan Kyuhyun menganga lebar, mungkin ribuan lalat dapat masuk ke mulut mereka.
“Jangan-jangan..” kata Onew dan Kyuhyun berbarengan.
Mereka mulai memutar otak, dan berpikiran sama. Kalau pemuda ini pacar Suzy, itu artinya usaha mereka selama ini telah sia-sia. Untuk apa pula mereka bersaingan susah payah. Untuk apa mereka merusak pertemanan mereka. Mereka berdua menggelengkan kepala, berusaha untuk berpikir positif.
“Suzy dia..” kata mereka berbarengan lagi.
“Pacarku.” Jawab Suzy sambil tersenyum bahagia layaknya gadis yang sedang tenggelam dalam romantika cinta.
“MWO???!!!” teriak Onew dan Kyuhyun, dan tentu bisa anda tebak, mereka berteriak secara bersamaan, lagi!






-END-

Yap! Begini hasilnya kalau ff dibikin dalam waktu 2 jam-an ^^ gaje ya?
Tapi tetep ditunggu komentarnya ya :D