Halo Semua! Di 'Baca-baca' kamu bisa baca-baca semua karangan originil milik saya sepuasnya yang kamu mau! Gratis, gak pakai bayar! Cuma, please don't be a SILENT READER ya ^^

Selasa, 22 Maret 2011

My Ex. -CHAPTER 3- (FANFIC)

-CHAPTER 3-













Title : My Ex. (-Chapter 3-)
Genre : Romance
Casts : Ji Yeon, Yoo Seung Ho, Hyomin, Kim Byeol, Ji Yeon’s oppa (still secret)


TING TONG
“Ah. Pasti itu dia!” Ji Yeon bergegas merapikan pakaiannya kemudian membuka pintu. Bukan Seung Ho yang tampak, melainkan sebuket bunga mawar merah besar.




“Mwo? Apa ini?” kata Ji Yeon bingung, kemudian wajah Seung Ho muncul dari balik buket mawar itu.
“Annyeong.” Kata Seung Ho sambil tersenyum.
“A..annyeong.”
“Ini.” Seung Ho memberikan buket mawar itu pada Ji Yeon.
“Untukku?”
“Siapa lagi?” Seung Ho kembali tersenyum.
“Gomawo.” Pipi Ji Yeon memerah.
“Aku selalu ingat katamu, ‘Kalau mawar, harus merah baru cantik.’” Kata Seung Ho membuat wajah Ji Yeon makin memerah.










“Oh.. iputta..” kata Ji Yeon, “Tunggu sebentar, aku akan menaruhnya di dalam.”


AT RESTAURANT


DRRRTT..DRRRTT
“Ah mianhae..” kata Seung Ho pada Ji Yeon lalu mengangkat telepon.
“Yobosseyo.” Kata Seung Ho pada si penelepon.
“Hm? Kim Byeol? Wae?”
‘Oh. Kim Byeol.” Ji Yeon kembali teringat akan Kim Byeol. Ia sadar, yang seharusnya duduk dan makan malam bersama Seung Ho itu Kim Byeol, bukan dirinya. Ia hanya teman biasa Seung Ho. Ia merasa sangat tak pantas untuk merebut Seung Ho dari Kim Byeol.
‘Ah. Apa yang sedang kulakukan di sini?? Tidak seharusnya aku pergi berkencan dengan pria yang telah memiliki pacar. Bukankah ini namanya selingkuh??’ sesal Ji Yeon dalam hati.
Ji Yeon tidak berani mendengar percakapan Seung Ho dengan Kim Byeol, atau lebih tepatnya, ia tidak ingin mendengarnya. Ia takut hatinya akan sakit mendengar nada suara Seung Ho yang lembut pada Kim Byeol.





“Ji Yeon a~? Wae?” tanya Seung Ho melihat Ji Yeon bengong.
“A..aniya. Tadi itu.. Kim Byeol.” Ji Yeon memberanikan diri untuk bertanya.
“Ye.” Jawab Seung Ho datar.
“Kapan dia pulang?” tanya Ji Yeon penasaran.
“Entahlah. Belum pasti katanya.”
“Oh..”
“ji Yeon a~” Seung Ho memegang tangan Ji Yeon, membuat Ji Yeon mendongak, “Mian.. aku tahu kamu pasti bingung dengan sikapku. Aku.. joahaeyo..”
Ji Yeon kaget mendengar pernyataan Seung Ho. Ternyata Seung Ho masih menyukainya.
“Tapi aku juga menyayangi Kim Byeol.” Sambung Seung Ho.
“Aku tidak bisa memilih antara kamu dan Kim Byeol. Dia.. dia gadis yang baik.. sama sepertimu.. Mian… Jeongmal Mianhae Ji Yeon.” Seung Ho menundukkan kepala.
“Kenapa minta maaf? Babo.”
“Maaf atas keegoisanku. Aku tahu, tidak mungkin untuk memiliki kalian berdua.”
Ji Yeon hanya bisa diam menatap Seung Ho. Ia tidak tahu harus berkata apa.












TING TONG
TiNG TONG TING TONG
TING TONG TING TONG TING TONG
Ji Yeon membuka pintu dengan wajah kusut.
“Ya~! Park Ji Yeon! Bukankah kamu bilang akan menemaniku pergi audisi??”
“Oh. Mian. Aku akan segera bersiap-siap.” Kata Ji Yeon tak bertenaga.
“Ya~ apa yang terjadi padamu?” tanya Hyomin heran.
“Aniya..”
“Gurrae??”
“Ne. Duduklah dulu.” JI Yeon berjalan menuju arah dapur.
“Kalau tidak apa-apa, kenapa tampangmu kusut begitu??” tanya Hyomin yang masih penasaran.
“Ini tehnya.” Ji Yeon meletakkan segelas teh pada Hyomin kemudian berjalan ke kamarnya.
“Aigoo.. kenapa dengan dia?” Hyomin menyeruput teh, “Hm.. Enak juga.”


Tak lama kemudian Ji Yeon keluar dari kamar, “Gajja.”






Hyomin bingung, di sepanjang perjalanan, Ji Yeon hanya diam dan tidak menghiraukan Hyomin. Hyomin ingin tahu apa yang terjadi pada Ji Yeon.
“Ji Yeon a~!” teriak Hyomin.
“Wae??” kata Ji Yeon kaget.
“Gwaenchanna?”
“Ya~ Hyomin a~ seharusnya aku yang bertanya begitu. Apa kamu gugup?”
“Er.. aku.. Aku gugup sekali!! Bagaimana ini?? Apa yang harus kulakukan di dalam nanti??”
“Tenanglah. Aku di sini untuk mendukungmu.” Ji Yeon tersenyum.
“Peserta nomor 17.” Panggil seorang staff.
“Ah. Itu nomorku.” Kata Hyomin panik.
“Hyomin! Hwaiting!!” Ji Yeon mengepalkan tangannya ke atas membuat Hyomin tertawa.
‘Akhirnya dia tersenyum juga.’ Pikir Hyomin.

“Hyomin, kamu pasti bisa.” Gumam Ji Yeon.


“Lama sekali..”
Sudah 30 menit Ji yeon menunggu, Hyomin tak kunjung keluar dari ruangan tadi.
Ji Yeon melihat handphonenya. Tidak ada telepon atau SMS dari Seung Ho.
“Hhh..” Ji Yeon merengut. Lalu tampak Hyomin keluar dari ruangan itu. Ji Yeon segera  menghampiri Hyomin, “Bagaimana?”
Hyomin menghela nafas, “Kacau.”
“Mwo? Kacau bagaimana?” tanya Ji Yeon khawatir.
“Aku sangat gugup. Bicara saja sampai terbata-bata. Benar-benar kacau.”
“Tak apa-apa. Yang penting kamu telah berusaha.” Hibur Ji Yeon.
Hyomin hanya mengangguk-angguk. Ji Yeon tidak ingin Hyomin bersedih, ia mencoba menghiburnya.
“Hm.. Es krim?” ajak Ji Yeon.

“Oke.” Kata Hyomin tersenyum melihat Ji Yeon berusaha menghiburnya.






Jam menunjukkan pukul 21.30. Ji Yeon merasa kesepian di apartemen kakaknya yang cukup luas itu.
“Kenapa oppa tidak menghubungiku ya?” Ji yeon mengambil handphone lalu menekan nomor oppanya, telepon sedang disambungkan, lalu terdengar suara dari seberang telepon.
“Yobosseyo.”
“Oppa??”
“Ne. Wae ji yeon?”
“Mwo? ‘Wae’?? Bukankah oppa bialng akan meneleponku??”
“Mianhaeyo. Aku sangat sibuk.. mianhae Ji Yeon.”
“Huh. Oppa payah.”
“Mianhae Ji Yeon a~ jangan ngambek dong dongsaengku yang manis.”
“Rayuan oppa tidak mempan.”
“Haha. Jeongmal Mian.. aku janji, setelah pekerjaanku di sini beres, aku akan segera pulang.”
“Maksud oppa, oppa tidak jadi pulang minggu ini?”
“Ye.. Mianhae..”
“Hmm.. Aratso.. Oppa jangan terlalu sibuk bekerja hingga lupa makan, jaga kesehatan, jangan kurang tidur, jangan..”
“Iya dongsaengku yang cantik..”
“Baiklah kalau begitu.. oppa istirahat gih..”
“Ne. Kamu juga, jaga diri baik-baik.”
“Sip oppa. Bye-bye.”
Bye.”
Ji Yeon merindukan oppanya. Ia juga merindukan Seung Ho. Seung Ho sama sekali tidak menghubunginya hari ini.

Ji Yeon kembali menatap handphonenya. Lalu menghela nafas panjang.









Ji Yeon menatap keluar jendela. Pagi yang cerah. Hari ini ia ada kuliah pagi. Ia harus segera berangkat agar tak terlambat.
“Huff.. Semangat!!” kata Ji yeon menyemangati diri.
Ji Yeon teringat masa-masa SMAnya dulu. Saat ia masih bersama Seung Ho. Setiap hari mereka habiskan bersama. Hari-hari yang menyenangkan. Ji Yeon merindukan masa-masa itu.


#FLASHBACK
“Ya~! Seung Ho a~! Tunggu.” Ji Yeon berusaha mengejar Seung Ho.
“Dasar lamban.” Seung Ho tertawa usil.
“Ah!” Ji Yeon terjatuh, “Huh. Jahat!”
Seung Ho segera menghampiri Ji Yeon.
“Mianhae.. Gwaenchanna??” tanya Seung Ho khawatir.
“Sepertinya terkilir.”
“Mwo? Terkilir?? Gurrae??” tanya Seung Ho panik.
“Ne. Sekarang gendong aku!” Ji Yeon beranjak ke punggung Seung Ho lalu merangkul pundaknya.





“Ayo.”
“Ya~ jadi tadi itu bohong?” tanya Seung Ho sinis.

“He he.” Ji Yeon tertawa usil.









“Ya~!”
“Mwo??” teriak Ji Yeon karena dikagetkan Hyomin.
“Kenapa bengong? Nanti kesambet lho.”
“Aniya..”
“Ji Yeon a~ Aku..”
“Wae?”
“Aku lulus seleksi awal!”
“MWO?? Benarkah?? Aku sudah bilang, kamu pasti bisa!”
Hyomin dan Ji Yeon melompat kegirangan.
“Baiklah, ayo kita rayakan.” Ajak Ji Yeon.
“Mwo? Ini hanya seleksi awal.”

“Tapi tetap saja kabar gembira! Gajja.” Ji Yeon sangat senang mengetahui sahabatnya lulus dalam seleksi itu.




“Jadi kapan seleksi berikutnya?” tanya Ji Yeon penasaran.
“Hm.. lusa.”
“Oh.. Memangnya..” Ji Yeon ia mendadak diam karena melihat Hyomin yang sedang melambaikan tangan pada seseorang. Ia memutar badan untuk melihat.
“Annyeong.” Sapa Seung Ho.
“A..annyeong.” Ji Yeon tidak menyangka akan bertemu Seung Ho lagi setelah malam itu.
“Sendirian? Ayo duduk.” Kata Hyomin sambil menunjuk kursi di sampingnya.
Seung Ho duduk menghadap Ji Yeon.
“Kalian hanya berdua?”
“Memangnya mau sama siapa lagi?” kata Hyomin sambil tertawa diikuti Seung Ho, Ji Yeon tidak tahu harus berekspresi seperti apa.
“Kamu sudah makan?” tanya Hyomin.
“Ha? Oh.. sudah kok.” Jawab Seung Ho.
“Ah.. aku permisi ke toilet dulu ya.”
‘Ya~! Hyomin a~! Kenapa meninggalkanku berdua dengan Seung Ho dalam kondisi seperti ini?!’ pikir Ji Yeon dalam hati.
Ji Yeon dan Seung Ho diam seribu kata. Keduanya tidak tahu harus memulai percakapan dari mana.
“Apakah.. Kim Byeol sudah kembali dari Jepang?” Ji Yeon memberanikan diri untuk berbicara.
“Belum. Wae?”
“Aniya..”
“Soal waktu malam itu..” kata Ji Yeon dan Seung Ho bersamaan.
“Kamu duluan.” Seung Ho mempersilahkan Ji Yeon untuk bicara.
“Baiklah.. aku.. sudah banyak berpikir. Mungkin tentang masa lalu kita, semua itu harus dilupakan. Aku tidak ingin menyakiti hati Kim Byeol.” Jelas ji yeon.
“Ne.. aku juga sempat berpikir seperti itu.”
Keduanya kembali diam untuk sejenak.
“Ji yeon, bagaimana perasaanmu padaku sekarang?” tanya Seung Ho.
‘Aku masih sangat menyayangimu.’ Ji Yeon ingin menjawab seperti itu, tapi ia tidak bisa melakukannya.
“Aku.. tidak tahu.” Ji Yeon berusaha untuk menyembunyikan perasaannya.
“Begitu..  aku..”







“Hm?”
“Boleh kalau aku menghabiskan waktu bersamamu sebelum Kim Byeol pulang?”
“A..”
“Aku tahu ini egois. Tapi untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu, aku akan menganggapmu seperti seorang adik.”
Pikiran Ji Yeon hampa. Bersama Seung Ho selamanya, itu yang ia inginkan sesungguhnya. Tapi ia tahu, dirinya dan Seung Ho tak mungkin bisa bersatu lagi mengingat apa yang menyebabkan mereka putus hubungan. Mereka tidak pernah cocok.
“Baiklah.” Ji Yeon akhirnya mengiyakan permintaan Seung Ho.
“Gomawoyo.” Seung Ho tersenyum.
“O.” Ji yeon membalas senyum Seung Ho.
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Hyomin yang baru kembali.
“Aniya. Kenapa lama sekali?” tanya Ji Yeon.
“Pintu toiletnya sudah rusak, hamper saja aku terkurung di dalamnya.”
Ji Yeon dan Seung Ho tertawa terbahak-bahak.
“Ya~! Inikah sikap kalian mendengar teman mengalami bencana??”
“Bencana? Menurutku kamu mengalami bencana cantik. Ya~, di mana kacamata dan kuncir duamu itu?” tanya Seung Ho dengan nada menyindir.
“Hyomin sedang mengikuti audisi model.”
“Model???”
“Wae? Kenapa kaget begitu??” tanya Hyomin dengan tatapannya yang tajam.
“Haha. Aniya. Pantes, kamu sekarang beda banget dengan kamu yang dulu.”
“Tentu saja. Berkat siapa dong Hyomin bisa jadi Cinderella sepeti sekarang?”

“Ya~! Hentikan kalian berdua. Dasar!”














Chingu, di komen ya.. kasih kritik dan sarannya :)

1 komentar: