Halo Semua! Di 'Baca-baca' kamu bisa baca-baca semua karangan originil milik saya sepuasnya yang kamu mau! Gratis, gak pakai bayar! Cuma, please don't be a SILENT READER ya ^^

Selasa, 22 Maret 2011

My Ex. (Fanfic)

My Ex.





Title : My Ex. (Chapter 1)

Genre : Romance

Casts : Ji Yeon(T-ara), Yoo Seung Ho, Kim Byeol, Hyomin(T-ara)























DRRRTT.. DRRRTT..

Suara vibrate handphone yang terletak di atas meja.

DRRRRRTT.. DRRRRRRTT
















Ji Yeon masih terlelap dan tidak merasakan vibrate handphonenya sama sekali.

DRRTT.. DRRRTT..

‘Hm? Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?’

Ji Yeon beranjak bangun dan segera mengambil handphonenya.

‘Oh. SMS. Hm? Hyomin? 10 missed called??’

Sambil mengucek mata, Ji Yeon membaca isi SMS dari Hyomin.

‘Sampai di sini 15 menit dari sekarang. Kalau tidak, habislah kau.’

“MWO???? Ah!! Bodohnya aku!”

Ji Yeon segera bangun dan menyiapkan diri. Ia telah melupakan janjinya untuk bertemu dengan Hyomin di Café siang ini.

“Huaaa!! Bisa dicincang Hyomin nih’ kalau telat.”

Jam menunjukkan pukul 13:02. Ji Yeon seharusnya sudah berada di café tempat mereka janjian untuk bertemu pada pukul 12:30. Tidak heran kalau Ji Yeon terlambat bangun. Karena ia menghabiskan semua DVD yang baru dibelinya semalaman.







###########################CAFÉ#######################################

<span> </span>





“Ya~! Kamu sudah terlambat setengah jam! Untung aku orangnya sabaran. Kalau tidak, habislah kamu!” gertak Hyomin.

“Ne. Mianhae.. Hehe.”

“Memangnya kamu ngapain semalam? Gak tidur ya? Nonton DVD lagi?” interogasi Hyomin.

“Ehh.. iya.. Tapi film-filmnya seru banget. Cowok-cowoknya juga ganteng abis!”

“Aigoo~ Dasar kamu ini. Nonton sih nonton. Tapi ingat waktu dong. “

“Ne, Eonni!”



“Gajja. Nanti kita filmnya keburu dimulai.” Kata Hyomin.

“O.”

Ketika hendak berjalan ke kasir, betapa terkejutnya Ji Yeon, mendapati apa yang sedang ia lihat.

“Ya~! Ji Yeon a~ wae?” tanya Hyomin heran.

Ji Yeon masih menatap kosong apa yang ada di hadapannya.







“Seu.. Seung Ho?” Hyomin ikut kaget dan segera mengetahui penyebab sahabatnya menjadi kaku seperti itu.

“Hyomin?” kata Seung Ho.

“Wah. Kebetulan banget bisa ketemu di sini.” Hyomin berusaha mencairkan suasana.

“I..iya.” jawab Seung Ho, “Kalian berdua saja?”

“He eh. Baru siap makan. Kamu.. eh.. Kalian baru datang?”

“Iya. Kenalkan, ini Kim Byeol, Kim Byeol, ini teman-teman SMAku, Hyomin dan Park Ji Yeon.”

“Annyeong.” Perempuan berwajah mungil itu tersenyum memperkenalkan diri.

“Annyeong.” Jawab Hyomin sambil menyenggol tangan Ji Yeon yang sedari tadi membisu.

“O..oh.. Annyeong.” Sapa Ji Yeon dengan senyum yang agak dipaksakan.

‘Gadis manis ini pasti pengganti diriku.’ Pikir Ji Yeon.

“Oh ya. Kami buru-buru nih. Ya kan, Ji Yeon? Kami duluan ya.”

“O. Baiklah. Bye.” Kata Seung Ho sambil tersenyum diikuti gadis manis di sampingnya.














“Ji Yeon a~ Gwaenchanna? Dari tadi diam aja.” Tanya Hyomin.

“O. Gwaenchanna.” Ji yeon memperlihatkan senyum yang agak dipaksakan.

“Jangan bohong. Kamu masih memikirkan Seung Ho kan?”

“Aniya. Aku sudah membuang jauh-jauh pikiran tentangnya.” Sanggah Ji Yeon.

“Ya~ Kamu pikir kita ini sudah kenal berapa lama? Aku tahu apa yang ada di pikiranmu.”

“Sudahlah. Tolong jangan membahas masalah itu lagi.” Raut wajah Ji Yeon kembali muram.

“Mian.. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku hanya..” belum sempat hyomin melanjutkan kalimatnya, Ji Yeon sudah menyanggah duluan, “Tidak apa-apa. Aku mengerti. Hanya saja aku.. Sudahlah. Aku tidak ingin membahas tentang Seung Ho lagi. Dia hanya masa laluku. Lagipula, dia sudah mendapat pengganti diriku, yang lebih baik dariku.”

“Gadis tadi maksudmu? Tapi gadis itu kan belum pasti pacarnya. Dan dia belum tentu lebih baik dari kamu.”

“Hyomin a~ … Sudah malam, aku duluan ya. Hati-hati di jalan.” Ji Yeon beranjak pergi meninggalkan Hyomin yang masih terpaku menatap sahabatnya itu.

“Ji Yeon.. Aku tahu kamu pasti bisa menghadapi semua ini. Berjuanglah.”









DRRRTT.. DRRRTT..

“Duh.. siapa sih pagi-pagi begini telepon.”

Ji Yeon melihat handphonenya dan mendadak merasa senang.

“Oppa???”

“Ji Yeon a~ mian, tidak menghubungimu semalam. Aku sangat sibuk.”

“Ne. Tidak apa-apa kok.”

“Kamu sedang apa? Pasti baru bangun kan? Haha.”

“Ya~! Oppa! Bagaimana oppa bisa tahu?”

“Tentu saja. Kamu pikir aku ini siapamu, tidak tahu kebiasaan burukmu itu.”

“Oppa~! Aisshh.. Oppa baik-baik saja kan di sana? Oppa kapan pulang? Oppa udah sarapan?”

“Ya~! Kalau nanya satu-satu dong. Aku baik-baik saja dan tadi setelah sarapan langsung meneleponmu. Kamu sendiri? Mungkin aku baru bisa pulang minggu depan.”

“MWO?? Minggu depan??? Hiks.. Oppa, aku sangat merindukanmu. Apa tidak bisa dipercepat?”

“Tidak bisa. Mianhaeyo.. Aku juga sangat merindukanmu. Pasti rumah sudah sangat berantakan karena kamu malas membereskannya.”

“Ya~ Oppa!!!”

“Haha. Ya sudah kalau begitu. Aku harus berangkat kerja. Nanti aku telepon lagi kalau sempat. Jeongmal Mianhaeyo, Ji Yeon.”

“Ne, hati-hati di sana oppa. Jaga dirimu baik-baik. Jangan merepotkan orang di sana.”

“Harusnya aku yang berkata seperti itu. Haha. Bye-bye.”

Bye.”

Ji Yeon menutup telepon. Dia sangat merindukan oppanya.Oppanya sedang tugas ke luar kota. Ia meninggalkan Ji Yeon di rumahnya sendiri seminggu setelah kedatangan Ji Yeon.

Berbeda dengan Ji Yeon yang pemalas, oppanya rajin dan pandai mengurus rumah. Rumahnya tidak seberantakan sekarang sewaktu Ji Yeon belum datang. Ji Yeon dan Hyomin sama-sama pindah ke kota ini, kebetulan kakak perempuan Hyomin juga tinggal di kota ini. Mereka pindah dengan tujuan untuk mendaftar di universitas yang bagus dan terkenal di kota ini. Siapa sangka, Ji Yeon malah bertemu mantan pacarnya di SMA, Seung Ho. Hubungan mereka berakhir karena dengan keputusan bersama. Mereka sama-sama merasa sudah tidak cocok lagi dengan keadaan masing-masing. Seung Ho yang selalu berkutat dengan hobinya yaitu basket, tidak dapat memenuhi keinginan Ji Yeon yang ingin selalu diperhatikan dan overprotektif.

“Ah! Wajahku menyeramkan sekali! Sudah mirip panda!” teriak Ji Yeon kaget melihat lingkaran hitam di bawah matanya.

“Aisshh.. Aku sudah kebanyakan nonton DVD.”





“Mwo? Kamu tidak bisa dating? Yah.. padahal aku sudah sampai di taman.”

“Maaf Ji Yeon. Kakakku sakit. Aku harus merawatnya.” Kata Hyomin dari telepon.

“O. Aratso. Sampaikan salamku pada eonni. Semoga dia lekas sembuh.”

Ji Yeon menutup telepon.

“Sudah tanggung kalau harus pulang. Lebih baik aku habiskan waktu sendiri saja!”

Ji Yeon menaikki bus, menuju Mall, sudah banyak list belanja di pikirannya.

“Ji Yeon?” sapa seorang pria.

Ji Yeon membalik badan.

“Ternyata benar, aku pikir aku salah orang.”


















“Seung.. Ho?”

“Apa kabar? Lama tidak bertemu.”

“Kita baru bertemu tempo hari.”

“Oh iya.” Seung Ho tertawa, “Sendiri?”

“Ya. Kamu? Mana pacarmu?”

“Kim Byeol? Dia ikut ayahnya pergi ke Jepang.”

“Oh..”

“Kamu mau ke mana.”

“Er.. Aku juga tidak tahu, soalnya tadi harusnya aku pergi dengan Hyomin. Tapi ternyata dia tidak bisa datang.”

“Kalau begitu, pergi denganku saja. Aku juga lagi senggang.”

“Ha..a? Apa.. kamu tidak takut dimarahi pacarmu?”

“Kenapa? Aku kan tidak selingkuh.” Seung Ho tertawa.

“Oh.. baiklah.”

Ji Yeon bingung dengan sikap Seung Ho yang seolah-olah mereka hanya teman SMA biasa yang telah lama tidak bertemu dan kini bertemu kembali.

‘Ah Ji Yeon! Apa yang kamu pikirkan? Seharusnya kamu bersyukur, kamu masih bisa berteman dengannya.’ Batin Ji Yeon.

“Kamu masih suka es krim?” tanya Seung Ho.

“Masih.. kamu masih ingat ya?” Ji Yeon berusaha tertawa agar suasananya tidak aneh.

“Tentu. Aku kan masih muda, belum pikun kok. Aku tahu took es krim yang enak. Mau ke sana?”

“Hmm.. Boleh.” Ji Yeon mengiyakan ajakan Seung Ho.

########################ICE CREAMCAFE#########################

“Gimana? Enak?”

“Emm.. Enak banget. Kamu sekarang tinggal di kota ini?”

“Iya.”

“Bukankah kamu ingin melanjutkan kuliah sambil melatih basket di sekolah kita dulu?”

“Ayah ingin aku membantu di perusahaan Ayah Kim Byeol. Jadi aku kuliah di kota ini karena kebetulan perusahaan Ayah Kim Byeol ada di kota ini.”

“Oh.. Jadi keluarga kalian sudah saling kenal?”

“Ye. Kalau kamu? Sekarang tinggal berdua dengan oppamu?”

“Ne. Tapi oppa sedang tugas ke luar kota.”

“Jadi kamu tinggal sendiri? Apa tidak bahaya?”

“Tidak, apartemen kami memberlakukan jam malam. Jadi setiap jam 10 malam, gerbang telah ditutup untuk umum dan ada penjaganya.”

“Oh.. Baguslah.”

“….”

“Waeyo?”

“Aniya.” Ji Yeon tidak tahu harus berkata apa. Padahal dalam batinnya, dia memilik segudang cerita yang ingin ia ceritakan pada Seung Ho. Tapi kini Seung Ho bukan lagi kekasihnya. Ia tidak bisa bercerita bebas lagi seperti dulu meski sekarang mereka masih berteman.

“Hyomin tidak berubah ya. Masih dengan kacamata dan kuncir duanya itu.”

“Ya, aku sudah menyarankannya untuk memakai soft lens. Tapi dia tetap ngotot mempertahankan kacamata tebalnya itu.” Ji Yeon dan Seung Ho tertawa bersama.



Ini hari yang menyenangkan bagi Ji Yeon, bisa bertemu dan bercanda tawa dengan Seung Ho setelah sekian lama tidak bertemu. Walau ada yang mengganjal di hatinya. Ia sudah cukup puas untuk menjadi teman biasa Seung Ho.

‘Mungkin ini yang terbaik.’ Pikirnya.

“Baiklah. Terima kasih sudah menemaniku hari ini.” Seung Ho mengantar Ji Yeon hingga ke depan apartemen.

“Harusnya aku yang berterima kasih.”

Seung Ho tersenyum. “Bye-bye.”

Ji Yeon belum ingin berpisah dengan Seung Ho. Tapi ia sekarang hanya teman biasanya.

“Seung Ho a~!” spontan Ji Yeon memanggil.

“Ne?” Seung Ho menoleh.

“Er.. aku..”

“Wae?” Seung Ho menghampiri Ji Yeon.

“Er.. kamu tahu film yang sedang diputar di bioskop? Aku sangat ingin menontonnya. Tapi..”

“Kamu ingin mengajakku nonton? Boleh.” Sela Seung Ho lalu tersenyum.

“O. Baiklah. Sampai jumpa besok.”

Ji Yeon tidak dapat mengingkari hatinya. Ia sangat senang. Ia bahkan sudah tidak sabar melihat matahari tersenyum padanya besok.


























TO BE CONTINUED







Yah.. ini fanfic pertama ku..
mohon kritik dan sarannya Chingu ^^

1 komentar: