Halo Semua! Di 'Baca-baca' kamu bisa baca-baca semua karangan originil milik saya sepuasnya yang kamu mau! Gratis, gak pakai bayar! Cuma, please don't be a SILENT READER ya ^^

Selasa, 22 Maret 2011

My Ex. -CHAPTER 8- (FANFIC)

Title : My Ex. (-CHAPTER 8-)
Genre : Romance, Friendship
Casts : JiYeon, Yoo Seung Ho, Hyomin, Kim Byeol, Kim Bum, Jang Geun Suk (Special Cast)















-CHAPTER 8-


Ji Yeon menemukan kuncinya, lalu membuka pintu.
BAAAAAAAAAAAA!!
Kim Bum mengageti Ji Yeon.
“Ya~ Kenapa diam seperti patung?” tanya Kim Bum melihat Ji Yeon yang terbelalak melihatnya.
“Oppa hampir membuat jantungku copot tahu!”
“Haha. Lihat ini.” Kata Kim Bum menunjuk ke bawah.
Ji Yeon melihat sebuah kotak besar yang dihiasi pita cantik.
“Apa ini? Siapa yang ulang tahun?
“Tidak ada.”
“Lalu?”
“Memangnya kalau memberi hadiah itu cuma boleh di hari ulang tahun saja?”
“Maksud oppa?” Ji Yeon semakin bingung.
“Pabo! Itu untukmu. Ayo buka.”
“Untukku??” Ji Yeon membuka tutup kotak itu, lalu dilihatnya dua boneka beruang manis yang duduk di dalamnya, “Gwiyeowo!”




Kim Bum mengambilnya, “Ini yang berbaju biru untukmu, satunya lagi untukku. Aku akan menganggap ini kamu, jadi kamu juga harus menganggap boneka milikmu itu aku.”
Ji Yeon tertawa, “Gomawoyo oppa.”
“Ne. Chonmaneyo.”
Ji Yeon sangat menyukai boneka yang diberi oppanya, keduanya sangat manis dan lucu.
Ji Yeon teringat pada hadiah-hadiah yang dulu diberikan Seung Ho.
Ji Yeon membuka laci meja dan mengambil sebuah kotak, kotak yang berisi semua kenangannya dengan Seung Ho. Hadiah-hadiah yang diberikan Seung Ho, tiket bioskop, karcis taman hiburan, semua yang pernah ia miliki bersama Seung Ho, begitu juga dengan foto mereka berdua.
Ji Yeon mengingat sekilas kenangan mereka dulu. Ia tersenyum, lalu menutup kembali kotak itu, dan memutuskan untuk tidak membukanya lagi.




Beberapa tahun kemudian…
Ji Yeon melihat sebuah majalah. Foto Hyomin menghiasi cover majalah itu. Ji Yeon tersenyum melihat sahabatnya yang cantik itu kini sudah sukses sebagai model.










Ji Yeon sendiri sekarang bekerja di perusahaan percetakan.
“Oppa lama sekali pulangnya.” katanya lalu menatap jam dinding.
TOK TOK
“Ah! Baru dibilang.” Ji Yeon segera membukakan pintu.
“Ada surat untukmu.” kata Kim Bum menyodorkan sebuah surat.
“Surat?” Ji Yeon merobek pinggiran amplop putih itu.
“Surat dari siapa?”
“Dari.. eomma?” Ji Yeon membaca surat dari eommanya, “SMA kita dulu akan mengadakan reuni untuk angkatan kita, oppa.”
“Wah. Seru dong! Bisa ketemu teman lama.”
“Mau ketemu siapa oppa? So Eun eonni? Nanti aku aduin ke Hyomin lho…” goda Ji Yeon.
“A.. aniya! Siapa bilang aku mau ketemu So eun.” Pipi Kim Bum mulai memerah.
“Tuh kan.. pipi oppa aja udah kayak tomat. Aku SMS Hyomin ah..”
“Ya~! Ji Yeon a~! Jangan begitu. Sekarang yang ada di hatiku Cuma Hyomin tahu!”
“Haha.. Iya iya.” Ji Yeon tertawa melihat tingkah oppanya.
Drrt.. Drrt..
“Yobo.. Jagiya~ Ne. Ji Yeon baru menerima surat dari eomma. Baiklah. Sebentar lagi aku ke sana. Ne..”
“Oppa mau pergi ya?”










“Ye. Waeyo? Mau ikut?”
“Aniya. Nanti aku jadi obat nyamuk di sana.”
“Dasar.” Kim Bum mengacak rambut adiknya.
“Ya sudah deh. Aku pergi jalan-jalan sendiri saja. Bye oppa!”
“Hei. Mau ke mana?”
Ji Yeon berlalu pergi sebelum ia sempat menjawab.

Ji Yeon memasuki sebuah supermarket.
“Park Ji Yeon?” suara mungil yang tak asing itu memanggil Ji Yeon.
“Kim.. Byeol?”
“Annyeong. Apa kabar?” Kim Byeol tersenyum.
“Baik..”
“Kebetulan sekali kita bisa ketemu di sini. Belanja apa?”
“Cuma barang-barang kebutuhan rumah kok. Kamu?”
“Sedikit snack.” Kim Byeol tersenyum sambil mengambil sekotak cokelat, “Ini kan cokelat kesukaan Seung Ho.”
Ji Yeon hanya menatap kotak cokelat itu. Ia memang mengenali cokelat itu. Cokelat yang selalu dibelinya untuk Seung Ho dulu.
“Seung Ho.. bagaimana kabarnya?”
Ji Yeon merasa aneh dengan pertanyaan Kim Byeol.
“Seung Ho?”
“Ye. Wae? Apa aku tidak boleh menanyakan kabarnya?” Kim Byeol tertawa.
“Bukan begitu. Aku hanya..”
“Jangan-jangan kamu sendiri tidak tahu?”
Ji Yeon mengangguk pelan, “Aku tidak pernah mengetahui kabarnya lagi.”
“Aneh. Aku pikir dia memutuskanku karena kamu.”
“Mwo??”
“Bagaimana kalau kita ngobrol di sana?” kata Kim Byeol menunjuk ke sebuah cafĂ© di depan supermarket.

“Benarkah kamu tidak tahu apa-apa tentang Seung Ho? Dia tidak menghubungimu?”
“Aniya.”
“Kamu ingat pesta ulang tahunku? Saat ayahku mengumumkan pertunangan kami.
Aku tahu pernyataan ayahku pasti membuat Seung Ho bingung. Karena itu, aku memberinya waktu untuk berpikir.”
“Maksudmu?”
“Aku tahu, meskipun Seung Ho jalan denganku, yang dilihatnya hanya kamu.” Kim Byeol tersenyum, “Selalu kamu. Kadang aku juga kesal dengan kalian berdua.”








“Aku..”
“Menyayangi sesorang itu.. yang paling penting kebahagiaannya kan?”
“Jadi kalian sudah putus? Aku tidak tahu sama sekali.”
“Itu yang membuatku bingung. Ke mana Seung Ho? Kenapa dia tidak mencarimu?”
“Ji Yeon a~ apakah kamu masih menyukainya?”
“Aku.. “
“Kamu tidak perlu menjawabnya. Tapi ingatlah, kamu harus mencari kebahagiaanmu.”
###




“Hwaaa~ Seger banget di sini..”
“Iya ya. Memang udara di kampung halaman kita yang paling enak.”
“Yeoja-yeoja! Bantuin dong. Jangan menikmati udara segar terus. Lama-lama aku yang sesak nafas nih.” Gerutu Kim Bum yang sedang mengangkat tas-tas mereka.
Ji Yeon dan Hyomin tertawa melihat ekspresi Kim Bum.
“Mianhae..” kata Ji Yeon dan Hyomin serentak lalu membantu Kim Bum.




“Eomma!!” Ji Yeon menyambar ke pelukan eommanya sebelum Kim Bum sempat bergerak.
“Dasar kamu. Aku kan kangen sama eomma juga.”
“Sudah.. sudah.. ayo masuk. Eomma sudah buatkan makanan kesukaan kalian.”
Ji Yeon dan Kim Bum saling menatap, “HORE!!”



“Ji Yeon a~, eomma sudah menyiapkan baju untuk reunimu nanti.”
“Eomma, kenapa cuma Ji Yeon yang dapat? Punyaku mana eomma?”
“Ih.. oppa. Jangan sirik dong.”
“Sudah.. sudah.. Kalian ini kayak anak kecil saja. Eomma juga sudah menyiapkan baju untukmu Kim Bum.”
“Asyik!”
“Hyomin tidak kamu ajak ke sini?”
“Ada eomma. Tapi dia kan harus pulang dulu. Mungkin besok baru ke sini.”
“O. Baguslah. Kamu harus menjaganya baik-baik. Arasso?”
“Ara..”
“Tenang saja eomma, oppa sudah bilang kalau dia tidak akan selingkuh kok. Awas saja. Kalau oppa membuat Hyomin menangis!” ancam Ji Yeon.
“Ye.. Aku akan menjaganya dengan sepenuh hati!”
“Cih. Gombal!”
Eomma Ji Yeon dan Kim Bum hanya bisa tertawa melihat tingkah kedua buah hatinya.

###

Ji Yeon menaiki tangga gedung tempat reuni diadakan.
Tiba-tiba ia teringat apa yang diceritakan Kim Byeol.
‘Apakah Seung Ho hari ini datang?’ pikirnya dalam hati.












“Ji Yeon?” panggil seorang pria dari belakang.
“Geun.. Geun Suk?”
“Ya~ Kenapa melihatku seperti melihat hantu?”
“Kya! Sudah berapa lama kita tidak bertemu?? Kamu banyak berubah ya.”
“Begitulah.” Pria itu tertawa, “Kamu sendiri.. tidak berubah ya. Masih seperti Ji Yeon yang kukenal dulu.”












“Gurrae? Apa aku terlihat semuda itu?”
“Ya~! Bukan itu! Sadar dong sama umur sendiri.”
###


“Aku tidak menyangka Kim Bum akan jadian dengan Hyomin.”
“Haha. Semua orang juga gak bakal menyangkanya.”
“Hyomin sekarang sudah jadi model kan? Hebat ya.”
“Begitulah.”
“Mana Seung Ho?”
“Ya~ Jangan tanya padaku.”
“Wae? Apa kalian..”
“Sudah lama kok.”
“Waeyo? Padahal kalian kan dulu pasangan sejoli di SMA kita. Gara-gar a dia juga kan, kamu menolakku.”
“Sudahlah..” kata Ji Yeon tersenyum.

“Choseonghamnida. Mian aku terlambat.” Kata seorang pria yang baru memasuki ruangan.
“Annyeonghasseo Songsenim!” seru beberapa anak.
“Kalian ini. Jangan mengejekku dong!” kata Seung Ho malu.
Seung Ho melihat sekeliling lalu mendapati ji Yeon yang sedang bersama Geun Suk.
Seung Ho tersenyum pada Ji Yeon. Lalu dilihatnya Geun Suk beranjak dan menghampirinya.
“Duduklah.” Bisik Geun Suk.
Seung Ho mengambil tempat yang diduduki Geun Suk tadi.
“Annyeong. Bagaimana kabarmu?”
“Baik. Kamu?”
“Begitulah.” Seung Ho tersenyum.
“Kamu sudah jadi guru ya?”
“Aniya. Aku cuma jadi pelatih basket kok.”
“Oh.. baguslah, berarti impianmu sudah tercapai bukan?”
Seung Ho hanya tersenyum, “Kalau kamu?”
“Aku bekerja di salah satu perusahaan percetakan.”
“Oh..”
Keduanya lalu terdiam tak tahu harus berkata apa.
###


Acara telah usai, Seung Ho mengambil kunci mobil dari kantong celananya.
“Seung Ho!” teriak seseorang menghampirinya.
“Geun Suk? Waeyo?”
“Ottohke?”
“Mwo?”
“Ji Yeon. Kamu sudah bicara padanya.”
“Ya. Tadi. Kamu melihatnya bukan?”
“Bukan itu maksudku.”
“Lalu?”
“Dulu kamu merebutnya dariku. Seharusnya kamu bisa membuatnya bahagia.”
“Merebut?”
“Kalau bukan karena kamu, mungkin dia sudah jadian denganku.”
Seung Ho mengingat kejadian lalu, saat ia dan Geun Suk bertengkar karena Ji Yeon.
“Kamu seharusnya tahu apa yang bisa membuatnya bahagia.” Kata Geun Suk, kini dengan wajah yang makin serius.
“Apa kamu tahu?” Seung Ho balik bertanya.
“Tentu. Karena aku mencintainya, dan aku selalu berusaha untuk memahaminya.” Jawab Geun Suk tegas.
“Ya~! Pikirkanlah baik-baik.” Geun Suk menepuk bahu Seung Ho pelan lalu beranjak pergi.
####

“Choahae.” Bisik Seung Ho pelan di telinga Ji Yeon.
“Mwo?”
“Aku tidak akan mengatakannya lagi.”
“Ya~! Seung Ho a~!” Ji Yeon mengejar Seung Ho yang berlalu pergi.


“Ji Yeon, ayo bangun!” Kim Bum berusaha membangunkan Ji Yeon.
“O.. oppa?”
“Aniya. Eonni. Ya tentu saja oppamu. Ayo bangun. Eomma sudah menyiapkan sarapan.”
“Tadi itu.. mimpi?”
“Mwo?” Kim Bum menoleh.
“Aniya. Aku segera keluar.”


“Ji Yeon, ada yang mencarimu.”
“Nuguya?”
“Kamu lihat saja sendiri.” Kata Kim Bum tersenyum  usil.
Ji Yeon meneguk sisa tehnya, lalu pergi keluar. Seorang pria yang tak asing itu berdiri di depan pintu rumahnya.

“Seung Ho?”
“Annyeong.” Seung Ho tersenyum, “Aku ingin bicara denganmu.”
###


Seung Ho mengajak Ji Yeon berjalan-jalan di sekitar danau yang tak jauh dari rumah Ji Yeon.
“Dulu kita sering duduk di sini ya sepulang sekolah?” kata Seung Ho yang memandang lurus ke depan.
“Ne.. Sudah lama ya. Bagaimana di sekolah? Apa murid-muridmu susah untuk dilatih?”
“Mereka sudah kuanggap seperti teman. Kadang mereka memang susah diatur, tapi menyenangkan rasanya saat bermain dengan mereka.”
“Pasti asyik. Rasanya seperti kembali ke masa SMA dulu ya?”
“Begitulah. Bulan lalu mereka memenangkan pertandingan pertama, ada yang sampai menangis.” Seung Ho tertawa menceritakan kisahnya yang tidak diketahui Ji Yeon selama ini.
“Impianmu sudah tercapai ya..”
“Aniya. Belum lengkap.” Jawab Seung Ho.
“Belum lengkap?”
Seung Ho mengangguk, “Bagaimana denganmu impianmu?”
Wajah Ji Yeon memerah, teringat saat ia menceritakan impiannya pada Seung Ho.



#FLASHBACK
“Seung Ho a~ Apa impianmu?”
“Hmm.. Aku ingin menjadi pelatih basket nanti.”
“Wae?”
“Karena aku ingin memberikan semangat, dan membagi pengalamanku pada mereka yang juga menyukai basket sepertiku.”
“Keren…”
“Apanya yang keren? Bagaimana denganmu?”
“Aku? Impianku bisa jadi istrimu, dan hidup bahagia denganmu!” Ji Yeon memeluk lengan Seung Ho.






#FLASHBACK END

“Kamu tahu kenapa aku bilang impianku belum lengkap?”
Ji Yeon menggelengkan kepalanya.
“Karena.. aku belum bisa membuatmu bahagia.”
“Mwo?”
“Apa kamu masih sakit hati padaku?”
Ji Yeon menatap Seung Ho, “kenapa kamu memutuskan Kim Byeol?”
“Aku.. Apa dia menceritakan semuanya padamu?”
Ji Yeon mengangguk kecil.
“Ji Yeon, apakah kamu sudah menemukan kebahagiaanmu?”
“Aku sudah menemukannya.” Jawab Ji Yeon, “Tapi aku tidak tahu, apa aku masih bisa memiliki kebahagiaan itu.”
“Maksudmu?”
“Kebahagiaanku, sekarang berada tepat di depanku.”
Seung Ho merasa kaget sekaligus senang mendengar apa yang dikatakan Ji Yeon, “Kalau begitu, kamu mau membantuku memenuhi impianku yang satu lagi?”
Seung Ho memeluk Ji Yeon, “Kalau impianku tercapai, impianmu juga tercapai bukan?”
“Tentu. Karena kita memiliki satu impian yang sama.” Ji Yeon tersenyum, lalu membalas pelukan Seung Ho.

-FIN-









RCL RCL :D

Begitulah..
Tamat juga ff ini.
Bagaimana endingnya? menarikkah? mangecewakankah?

RCL ya ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar