Halo Semua! Di 'Baca-baca' kamu bisa baca-baca semua karangan originil milik saya sepuasnya yang kamu mau! Gratis, gak pakai bayar! Cuma, please don't be a SILENT READER ya ^^

Selasa, 22 Maret 2011

Memories

Memories (It's when I meet you at dusk) [One-shot]

Waktu mikirin lanjutan 'My Story, My Fairytale', yg muncul malah ide cerita lain. Daripada nganggur, mending di post aja.
Hehe.
Kali ini mencoba dengan karakter korea. Semoga ceritanya dapat dinikmati.


Cerita ini merupakan fiksi. Semata-mata hanya karangan saya saja.








Memories








Aku tak kan melupakannya, senyumanmu, dan senja di saat itu.



Haeundae, Busan, Seoul, 2006.



“Uaaah~ Segernya di sini.” aku sedang berlibur di Haeundae, tempat nenekku tinggal. Haeundae beach, pantai terindah dan terkenal di Busan.
“Yeon Ju ya~”
“Halmoni~” aku memeluk nenek. Sudah lama kami tidak bertemu. Kini aku akan melepas rindu dengan nenek dengan liburan kali ini.



“Omma.. Boleh aku jalan-jalan di pantai?”
“Sendiri?”
“He-eh. Lagian tidak jauh dari sini.”
“Baiklah. Jangan pulang terlalu malam.”
“Aratso.”



Pantai di sini begitu indah. Tak terasa sudah sore. Sudah lama aku duduk di sini.
“Wah! Senja di sini begitu indah!” aku berlari lebih dekat ke laut.
“Hey! Dompetmu jatuh.”
“Oh.. Kamsahamnida.”
Dia tersenyum.
Senyum yang sama indahnya dengan senja ini. Kemudian dia pun berlalu pergi.



Keesokan harinya, di waktu yang sama, aku pergi ke pantai. Mencari sosoknya. Dan aku bertemu dengannya lagi.
“Annyong..” sapanya.
“Ah.. Annyong. Kamu yang kemarin kan?” sedikit berbasa-basi.
“Ne. Kamu bukan orang sini ya?”
“Bagaimana kamu tahu?”
“Wajahmu tidak familiar sih.” dia tersenyum lagi.




Hari demi hari berlalu. Setiap hari aku bertemu dengannya. Kim Jeong Chul. Dia pria yang tidak banyak bicara. Tapi obrolan kami selalu nyambung. Jeong Chul tidak banyak cerita tentangnya, dia justru lebih banyak bertanya tentangku.



Jeong Chul bilang ingin menunjukkan sesuatu padaku malam ini. Dia memintaku untuk ke pantai.


“Jeong Chul a~ apa yang ingin kamu tunjukkan?”
“Sebentar lagi. 4.. 3.. 2.. 1!”



DUAAARR


Kembang api pecah di mana-mana.
“Uaaaah. Jeong Chul, ini indah banget.”
Jeong Chul hanya tersenyum.
“Jeong Chul, bisakah kita bertemu lagi di pantai ini saat senja?”
“Tentu.”
“Janji?” aku menyodorkan kelingkingku.
Jeong Chul mengaitkan kelingkingnya. Kemudian tersenyum. Senyum yang paling kusukai.




Hari ini aku akan bertemu dengannya lagi. Aku sudah tak sabar!


TIIIIN!

“Yeon Ju! Awas!”




Apa yang terjadi padaku? Kenapa pandanganku gelap?
“Dokter. Dokter. Dia sudah siuman!”



“Omma.. Omma..”
“Di sini nak.” Omma memegang tanganku.
“Omma.. Kenapa sekelilingku gelap? Aku tidak bisa melihat apa-apa. Omma! Ada apa?” terdengar isak tangis.
“Yeon Ju.. Matamu..”
“Omma! Mataku kenapa?” Omma hanya menangis.
“A..aku.. Buta?”



Kenapa ini terjadi padaku? Aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Senja itu. Dan.. Jeong Chul. Aku tidak bisa lagi melihatnya dan senyumannya. Senyuman yang paling kusukai.



“Yeon Ju...”
Siapa itu? Ada seorang pria memanggilku. Aku mengenali suaranya.
“Jeong Chul? Apa itu kamu?”





Beberapa hari kemudian, aku dapat melihat kembali.
Ada pendonor yang berbaik hati mendonorkan matanya. Namun ia tidak memberitahukan identitasnya.
Ketika keadaanku pulih, aku ditemani Omma berjalan ke pantai. Aku ingin menemui Jeong Chul. Tapi ia tak ada. Aku ingin bertemu dengannya. Liburanku sudah berakhir. Aku akan segera meninggalkan Haeundae.
Jeong Chul, aku akan kembali lagi ke sini. Maukah kamu menungguku?















Haeundae, Busan, Seoul, 2007.



Jeong Chul. Lihat, aku kembali. Aku ingin segera bertemu denganmu. Bisakah aku bertemu denganmu sore ini di pantai?


Aku telah berjalan menelusuri sepanjang pantai. Tapi tidak terlihat sosok Jeong Chul.
Mungkin esok hari, pikirku.

“Han Yeon Ju?”
Aku membalikkan badan. Aku melihat senyuman Jeong Chul di bawah senja.
Tidak. Itu bukan dia.
“Kamu Yeon Ju kan?”
“Err.. Iya.. Anda..”
“Saya Ibunya Jeong Chul.” ternyata, Jeong Chul memiliki senyum yang persis dengan Ibunya. Senyum yang amat kusukai. Ibu Jeong Chul mengajakku ke rumahnya. Tentu aku mengiyakan. Aku sangat ingin bertemu Jeong Chul.




“Yeon Ju, ayo masuk. Anggaplah rumah sendiri.” Ibu Jeong Chul mempersilahkanku masuk.
“Permisi.”


Aku melihat sebuah meja di ruang tamu itu. Meja dengan dupa yang dipersembahkan di atasnya. Aku memandang foto itu dengan lekat. Senyum yang amat kusukai.

Jeong Chul.



“Jeong Chul telah pergi setahun yang lalu. Leukimia. Beberapa hari setelah bertemu denganmu, penyakitnya kambuh. Ia segera dilarikan ke rumah sakit. Tempat di mana kamu dirawat setelah kecelakaan. Jeong Chul ingin sekali bertemu denganmu ketika dia tahu ternyata kamu juga dirawat di sana. Tapi keadaannya sudah terlampau parah. Meski dengan keadaan seperti itu, ia tetap bersikeras untuk melihat keadaanmu. Ia bahkan menangis setelah mengetahui kamu tidak dapat melihat. Di saat-saat terakhirnya, ia berpesan untuk tidak memberitahumu bahwa ia datang menjengukmu. Ia juga ingin melakukan sesuatu untukmu terakhir kalinya. Yaitu memberikan sepasang matanya, agar kamu bisa melihat lagi.”

Aku terdiam. Air mataku bahkan tidak bisa keluar. Tidak mungkin. Jeong Chul. Kita telah berjanji untuk bertemu di pantai itu saat senja. Tapi kenapa. Kenapa kamu tidak menepatinya. Katakan kalau ini bohong. Datanglah kepadaku dan tersenyum lagi.

“Tidak..” aku terisak, air mataku perlahan mengalir.

“Yeon Ju. Kenyataan hidup, memang terkadang tidak seindah dan seperti yang kita harapkan. Tapi biarlah kenangan pahit lapuk dimakan waktu. Namun kenangan indah tetap disimpan dalam hati.”

Aku masih menangis.
Sungguh. Aku tidak percaya semua ini terjadi. Aku bahkan tidak sempat untuk mengatakan perasaanku padanya.
Bahwa, aku menyukainya.
Kini semua sudah terlambat.

“Tante ingin kamu menyimpan ini. Untuk Tante. Dan juga Jeong Chul.” Ibu Jeong Chul kemudian menangis.


Yang diberikan padaku adalah sebuah bingkai foto. Di dalamnya terpajang foto kami. Jeong Chul dan aku. Dengan latar pantai saat senja waktu itu.



#Flashback

“Jeong Chul, kenapa bawa kamera?”
“Kadang aku suka memotret objek di sini.”
“Yeon Ju, lihat kemari.”
“Jangan!”
“Ayolah.”
“Lebih baik kita foto bersama.” kataku.





Busan, Seoul, 2009.




Sudah bertahun-tahun sejak kepergian Jeong Chul. Namun aku belum bisa melupakannya. Tidak.. Aku tak kan pernah melupakannya. Dia akan selalu menjadi kenangan indah dalam hidupku. Seperti yang pernah dikatakan Ibu Jeong Chul, kenyataan hidup ini terkadang tidak seindah dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Jeong Chul, aku akan tetap berjalan ke depan. Masih banyak hal yang menantiku. Dan kenangan tentang dirimu.. Senyummu di bawah senja yang sangat kusukai, mata indahmu yang kamu berikan kepadaku, akan kusimpan dan kujaga dengan sepenuh hatiku..






Aku mengambil bingkai foto yang diberikan Ibu Jeong Chul. Kacanya agak buram. Mungkin terlalu lama kusimpan dalam laci. Sebaiknya kubersihkan. Aku mengeluarkan foto itu dari bingkainya, dan ketika aku membaliknya, aku melihat tulisan di sana. Tertulis dengan huruf Hangul,



′Saranghae′





Air mata yang kukira telah kering, kembali menetes. Dan kini, mengalir lebih deras dari sebelumnya...





-THE END-







Ket kata :
Halmoni - nenek
Omma - Ibu
Aratso - mengerti
Annyong - salam
Kamsahamnida - terima kasih
Saranghae - I love you







Bagaimana cerita ini?





Ditunggu komennya ya..
^^

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar